Penulis : Fadilatul Afifah
Emai : Fadilatulafifah26@gmail.com
Universitas Andalas
ABSTRAK
Artikel ini membahas perbandingan penggunaan bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antarbudaya di Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya dan bahasa, Indonesia menjadi tempat yang menarik untuk menganalisis bagaimana kedua bentuk komunikasi ini berperan dalam membangun pemahaman dan hubungan antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Bahasa verbal, yang mencakup kata-kata dan kalimat, sering kali digunakan untuk menyampaikan informasi secara langsung, sementara bahasa non-verbal, yang meliputi ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata, memberikan konteks tambahan atau bahkan menggantikan kata-kata dalam beberapa situasi.Melalui analisis perbandingan ini,artikel ini mengungkapkan perbedaan dan kesamaan dalam cara orang Indonesia dari berbagai budaya menggunakan kedua bentuk komunikasi ini dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga menyoroti tantangan yang muncul dalam komunikasi antarbudaya, serta pentingnya pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa verbal dan non-verbal untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa terjadi.
Kata kunci: Bahasa Verbal, Bahasa Non-Verbal, Komunikasi Antarbudaya, Ekspresi Wajah, Gerakan Tubuh, Kesalah pahaman, Komunikasi Lintas Budaya.
PENDAHULUAN
Latarbelakang Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 1.300 suku bangsa, merupakan negara yang kaya akan keragaman budaya, bahasa, dan tradisi. Keragaman ini menciptakan suatu dinamika sosial yang unik, terutama dalam hal komunikasi antar individu dari berbagai latar belakang budaya. Di tengah masyarakat yang pluralistik, komunikasi menjadi salah satu kunci untuk menciptakan pemahaman dan hubungan antar individu, baik dalam konteks formal maupun informal.Dalam konteks ini, bahasa verbal dan non-verbal memainkan peran yang sangat penting dalam interaksi sosial sehari-hari.
Bahasa verbal, yang mencakup kata-kata dan kalimat yang digunakan dalam komunikasi, telah lama dianggap sebagai sarana utama dalam menyampaikan pesan atau informasi. Dalam masyarakat Indonesia, bahasa verbal mencakup berbagai bahasa daerah, bahasa nasional (Indonesia), dan bahasa asing. Setiap bahasa memiliki ciri khas dalam cara menyampaikan makna dan emosi, serta berfungsi sebagai alat untuk membangun identitas budaya tertentu. Di Indonesia, penggunaan bahasa tidak hanya berkaitan dengan penyampaian informasi, tetapi juga dengan pembentukan hubungan sosial, pengaturan jarak sosial, dan pengungkapan norma serta nilai-nilai budaya.
Selain bahasa verbal, bahasa non-verbal memainkan peran yang tidak kalah penting dalam proses komunikasi. Bahasa non-verbal mencakup ekspresi wajah, gerakan tubuh, postur, kontak mata, intonasi suara, dan penggunaan ruang atau jarak dalam berkomunikasi. Meskipun bahasa verba berfungsi untuk menyampaikan informasi secara eksplisit, bahasa non-verbal seringkali memberikan konteks tambahan yang sangat penting dalam memahami makna yang lebih mendalam dari suatu pesan.
Dalam era globalisasi yang semakin terhubung ini, interaksi antarbudaya menjadi semakin sering terjadi, baik ditingkat sosial, politik, maupun ekonomi. Ketika individu dari latar belakang budaya yang berbeda berkomunikasi, mereka tidak hanya mengandalkan bahasa verbal (lisan atau tulisan), tetapijuga bahasa non-verbal (gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan isyarat lainnya) untuk menyampaikan pesan.
Bahasa verbal dan non-verbal seringkali saling melengkapi, namun keduanya juga memiliki perbedaan mendasar dalam cara mereka digunakan dan dipahami oleh orang dari berbagai budaya. Bahasa verbal berfungsi untuk menyampaikan informasi secara eksplisit, sedangkan bahasa non-verbal lebih banyak berfungsi untuk mengungkapkan perasaan, sikap, atau nuansa yang lebih halus dan tidak selalu disadari oleh pembicara atau pendengar. Namun, dalam konteks antarbudaya, interpretasi terhadap bahasa non- verbal seringkali berbeda, tergantung pada norma dan nilai budaya masing-masing.
Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung (berbicara) bisa dilakukan secara langsung (facetoface) atau dengan perantara media, contohnya berinteraksi menggunakan social media atau telepon genggam. Sedangkan komunikasi verbal yang melalui tulisan bisa dilakukan menggunakan media seperti surat, postcard, chating di media sosial, dan sebagainya.
Komunikasi non-verbal lebih sering terjadi dalam komunikasi secara langsung atau face to face. Sebabnya, dalam komunikasi menggunakan media digital, komunikasi non-verbal seringkali tidak mungkin dilakukan. Contohnya ketika kita sedang chatting, tidak mungkin kita bisa melihat ekspresi wajah lawan bicara kita atau mendengar intonasi suaranya. Karena keterbatasan ini pula komunikasi non-verbal sering menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya, terkadang ada orang yang menggunakan emoji secara tidak tepat. Misal seseorang salah mengirim emoji marah padahal sebenarnya diaingin mengirim emoji tersenyum yang terletak disebelahnya. Hal ini bisa menyebabkan orang yang dikirimi pesan menjadi salah paham dan ikut marah.
Dalam konteks interaksi antar budaya di Indonesia, perbedaan budaya sering kali memengaruhi cara orang berkomunikasi secara verbal dan non-verbal. Di satu sisi, bahasa verbal dapat menyampaikan makna yang sangat spesifik dan terstruktur. Di sisi lain, bahasa non-verbal memiliki kemampuan untuk mengungkapkan makna yang lebih kompleks dan tidak selalu terucapkan dalam kata-kata. Kedua bentuk komunikasi ini saling melengkapi dan memainkan peran penting dalam memastikan pesan dapat dipahami dengan benar. Dalam interaksi antarbudaya, pemahaman terhadap kedua bentuk bahasa ini sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa timbul akibat perbedaan cara berbicara dan bertindak.
Meskipun bahasa verbal dan non-verbal memainkan peran penting dalam komunikasi antarbudaya, tantangan besar yang sering dihadapi adalah bagaimana menafsirkan pesan dengan tepat. Dalam banyak kasus, kesalah pahaman terjadi bukan hanya karena perbedaan bahasa verbal, tetapi juga karena interpretasi yang berbeda terhadap elemen-elemen non-verbal. Misalnya, gerakan tangan yang digunakan sebagai isyarat dalam budaya tertentu mungkin memiliki makna yang sangat berbeda di budaya lain, bahkan bisa menjadi sangat sensitif. Tantangan lainnya adalah dalam pengaturan formal dan non-formal, dimana norma-norma social dan budaya berperan besar dalam memengaruhi cara orang berkomunikasi. Dalam situasi formal, seperti pertemuan bisnis atau pertemuan pemerintah, penggunaan bahasa verbal yang sopan dan tepat sangat penting untuk menjaga hubungan yang harmonis. Sebaliknya, dalam situasi informal, bahasa non-verbal yang lebih santai, seperti senyuman atau anggukan, mungkin lebih dominan dalam menciptakan keakraban dan rasa nyaman antara individu.
Fenomena ini menjadi sangat penting ketika kita mempertimbangkan tantangan yang dihadapi dalam komunikasi antarbudaya. Misalnya, kontak mata yang dianggap tanda kejujuran dan ketulusan di satu budaya, bisa dianggap sebagai bentuk ketidak sopanan atau ancaman di budaya lain. Gerakan tubuh seperti anggukan atau senyuman juga memiliki arti yang berbeda-beda diberbagai budaya. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbandingan antara bahasa verbal dan non-verbal dalam kontek sini, agar interaksi antarbudaya dapat berlangsung dengan lebih efektif dan minim misinterpretasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana perbedaan penggunaan bahasa verbal dan non-verbal dapat memengaruhi pemahaman dan hubungan antara individu dari budaya yang berbeda. Studi ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang cara-cara meningkatkan komunikasi antarbudaya yang lebih sensitif terhadap perbedaan, mengurangi potensi kesalahpahaman, dan memperkuat hubungan antarbudaya di berbagai sektor, termasuk pendidikan, bisnis, dan diplomasi internasional.
Rumusan Masalah
Bagaimana keselarasan atau ketidaksesuaian antara bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antarbudaya dapat memengaruhi efektivitas komunikasi?
Bagaimana peran bahasa verbal dan non-verbal dalam komunikasi antarbudaya?
Apa saja perbedaan dalam interpretasi bahasa verbal dan non-verbal antarbudaya
Tujuan
Menganalisis pengaruh perbedaan budaya terhadap interpretasi bahasa non-verbal.
Membandingkan penggunaan bahasa verbal dan non-verbal dalam komunikasi antarbudaya. Menyediakan panduan praktis untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dalam konteks antarbudaya.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode survey untuk menggali pandangan mahasiswa mengenai pandangan tentang perbandingan bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antar budaya di indonesia. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner daring yang dirancang menggunakan platform Google Form. Responden penelitian terdiri dari mahasiswa yang dimana berdomisili berbeda seperti mahasiswa UNP,UGM dan UPNVJ, dengan total partisipan sebanyak 20 orang. Teknik purposive sampling diterapkan guna memastikan bahwa sampel yang diambil sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian, yaitu untuk mengeksplorasi pengalaman serta persepsi mahasiswa terkait perbandingan bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antar budaya di Indonesia.
Instrumen utama penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrument utama untuk mengetahui pandangan mahasiswa mengenai perbandingan bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antar budaya di indonesia. Kuesioner ini mencakup pertanyaan terbuka dan tertutup yang dirancang untuk menggali beberapa aspek penting terkait perbandingan bahasa verbal dan non-verbal, antara lain:
Mengetahui dalam berinteraksi sehari-hari, bahasa apa yang paling sering responden gunakan Mayoritas reponden menyatakan (78,9%) lebih sering menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku atau bahkan campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa asing (terutama bahasa Inggris), baik di media sosial, percakapan sehari-hari, maupun dalam konteks pekerjaan dan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tergeser oleh penggunaan bahasa yang lebih fleksibel dan cenderung dipengaruhi oleh faktor globalisasi.
Mengetahui Seberapa sering responden berinteraksi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan presentasi (89,5%) dari hasil kuesioner, misalnya, ditemukan bahwa 89,5% responden mengindikasikan mereka berinteraksi dengan orang dari latar belakang budaya yang berbeda setidaknya beberapa kali dalam seminggu.
Pemahaman responden akan bahasa verbal yang digunakan dalam interaksi antarbudaya di Indonesia dapat menciptakan kesalah pahaman dengan presetasi yaitu (47,4%) responden menyatakan bahwa mereka sering mengalami kesalahpahaman akibat bahasa, maka hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan bahasa dan cara komunikasi antarbudaya untuk menghindari kesalahan komunikasi di masa depan.
Apakah responden merasa bahasa Indonesia cukup efektif dalam menjembatani komunikasi antarbudaya dengan presentasi (68,4%) responden merasa bahasa Indonesia cukup efektif dalam komunikasi antarbudaya, ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam memfasilitasi komunikasi antar kelompok budaya yang berbeda, meskipun mungkin masih ada beberapa hambatan yang perlu diatasi. Dengan demikian, hasil penelitian dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana bahasa Indonesia dapat terus dikembangkan sebagai alat yang lebih efektif dalam konteks interaksi antarbudaya di Indonesia.
Menganalisis kesadaran responden bahwa bahasa non-verbal (gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dll) memiliki makna tertentu dalam komunikasi antarbudaya dengan presentasi paling tinggi yaitu (100%) responden memiliki kesadaran penuh bahwa bahasa non-verbal termasuk gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan elemen lainnya memiliki makna tertentu dalam komunikasi antarbudaya. Ini menunjukkan bahwa elemen-elemen non-verbal dianggap sangat penting dalam menjembatani komunikasi antarbudaya dan bahwa kesadaran akan hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dalam komunikasi lintas budaya.
Mengetahui responden apakah pernah merasa bahwa penggunaan bahasanon-verbal dalam interaksi antarbudaya dapat menyebabkan kebingungannya dengan presentasi (63,2%) responden pernah merasa bingung akibat perbedaan bahasa non-verbal dalam komunikasi antarbudaya. Ini menunjukkan bahwa bahasa non-verbal memiliki potensi untuk menyebabkan kebingungan dalam interaksi lintas budaya, dan ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran tentang perbedaan non-verbal dalam berbagai budaya.
Pengetahuan responden tentang apa yang paling penting dalam bahasa non-verbal untuk menghindari kesalahpahaman dalam interaksi antarbudaya dengan presentasi (68,4%) responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai peran penting bahasa non-verbal dalam menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya. Elemen-elemen seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata dianggap sangat penting untuk mengurangi kebingungannya saat berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda.
Menurut responden, apakah budaya memainkan peran penting dalam cara orang berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal di Indonesia dengan presentasi (84,2%) responden percaya bahwa budaya memengaruhi cara berkomunikasi, baik dalam hal komunikasi verbal (penggunaan kata dan gaya berbicara) maupun komunikasi non-verbal (seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyadari bahwa pengaruh budaya sangat signifikan dalam membentuk gaya komunikasi mereka di Indonesia. Oleh karena itu, kesadaran akan perbedaan budaya menjadi kunci
Bagaimana cara responden mengatasi perbedaan budaya dalam komunikasi verbal dan non- verbal ketika berinteraks idengan orang dari budaya yang berbeda dengan presentasi (60%) responden memiliki strategi untuk mengatasi perbedaan budaya dalam komunikasi verbal dan non- verbal
Mengetahui pendapat responden apakah pendidikan tentang komunikasi antarbudaya penting untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam interaksi verbal dan non-verbal dengan presentasi yang tinggi yaitu (90%) responden percaya bahwa pendidikan komunikasi antarbudaya sangat penting untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam komunikasi verbal dan non-verbal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyadari pentingnya pengetahuan komunikasi antarbudaya sebagai alat untuk mengatasi tantangan komunikasi lintas budaya dan meningkatkan pemahaman serta keterampilan dalam berkomunikasi secara lebih efektif di dunia yang semakin terhubung secara global.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi pola-pola dan tren utama yang muncul dari jawaban para responden. Penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai perbandingan bahasa verbal dan non-verbal dalaminteraksi antarbudaya terhadap mahasiswa.Temuan ini menggaris bawahi bahwa, meskipun mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang perbandingan bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antarbudaya, berbagai tantangan masih menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. Tantangan utama yang muncul mencakup kurangnya dukungan institusional yang memadai, minimnya sumber daya pembelajaran seperti fasilitas laboratorium bahasa dan perangkat teknologi yang dapat mendukung proses pembelajaran bahasa asing secara lebih efektif, serta belum optimalnya pengembangan lingkungan belajar yang kondusif untuk pembelajaran bahasa asing di kampus.
Pembahasan
Pemahaman yang mendalam tentang konteks budaya sangat penting untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan membangun empati. Penelitian ini menekankan perlunya kesadaran akan pengaru bahasa verbal dan non-verbal dalam interaksi antarbudaya di Indonesia untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan harmonis, serta mengurangi stereotip dan prasangka yang menghambat hubungan positif.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
Bahasa Indonesia memegang banyak peran penting. Salah satunya sebagai bahasa nasional yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Selain itu, bahasa Indonesia juga menjadi alat komunikasi yang mampu mempersatukan berbagai keberagaman yang ada. Keberadaan bahasa Indonesia sangatlah penting. Terutama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan seharihari masyarakatnya
Bahasa memiliki peran penting dalam membentuk karakter manusia. Bahasa Indonesia berperan sebagai cerminan karakter bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan konteks dan kedudukannya secara baik dan benar dengan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar
Indonesia merupakan salahsatu Negara yang memiliki bahasa terbanyak di dunia. Perbedaan bahasa daerah ini kadang menjadi sebuah hambatan ketika berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain, terutama jika berasal dari suatu suku bangsa atau wilayah yang berbeda. Disini keberadaan bahasa Indonesia memegang peran yang sangat penting sebagai alat komunikasi di tengah keberagaman.
Karena kedudukan bahasa Indonesiayangmerupakanbahasanegara.
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa Indonesia sangat berperan penting, bahasa Indonesia berperan sebagai pemersatu artinya perbedaan bahasa dan kebudayaan masyarakat Indonesia dapat disatukan menjadi satu yaitu bahasa Indonesia. Bahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sosial, tanpa adanya bahasa interaksi sosial tidak akan berjalan dengan baik. Dengan adanya bahasa interaksi sosial akan berjalan dengan baik, karena adanya komunikasi dan hubungan timbal balik satu sama lainnya.
Berdasarkan survey yang dilakukan,sebagian besar responden menyatakan (80%) bahwa penggunaan bahasa Indonesia sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa Indonesia sangat berperan penting, bahasa Indonesia berperan sebagai pemersatu artinya perbedaan bahasa dan kebudayaan masyarakat Indonesia dapat disatukan menjadi satu yaitu bahasa Indonesia.Bahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sosial, tanpa adanya bahasa interaksi sosial tidak akan berjalan dengan baik. Dengan adanya bahasa interaksi social akan berjalan dengan baik, karena adanya komunikasi dan hubungan timbal balik satu sama lainnya.
Interaksi dengan orang dengan latar belakang budaya yang berbeda komunikasi antar budaya merupakan proses komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan berbeda-beda, baik beda ras, etnik, social ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan. Komunikasi antar budaya terus berkembang, apalagi disaat manusia bisa bebas berkomunikasi karena adanya perkembangan teknologi.
Kebudayaan merupakan cara hidup yang berkembang dan dianut oleh masyarakat serta berlangsung dari generasi ke generasi selanjutnya. Komunikasi yang terjalin karena adanya perbedaan merupakan hasil dari keanekaragaman, pengalaman, nilai,dan juga cara pandang dari masing-masing budaya. Hamid Mowlana menyebutkan jika komunikasi antar budaya sebagai human flow across national boundaries. Sedangkan Fred E. Jandt mengatakan bahwa komunikasi antar budaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang-orang yang memiliki perbedaan dalam budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah sebuah proses negosiasi atau pertukaran dari sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan dengan cara:
Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antar budaya yang juga membahas satu tema yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi diadapat berarti kedalam satu konteks dan makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan. Melalui pertukaran sistem symbol yang tergantung pada persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.
Sebagai pembimbing sebuah perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai macam cara. Selain itu kajian komunikasi antarbudaya berakar dari beberapa kajian ilmu lainnya, yaitu seperti sosiolinguistik, sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat kajian ilmu tersebut, psikologi menjadi acuan utama dalam menjelaskan komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya.
Komunikasi yang terjadi antar budaya seringkali terdengar. Hal ini karena kebudayaan atau pola hidup mereka yang berbeda akan membuat kesalahpahaman diantara ke dua individu. Sehingga, perlu adanya sesuatu yang dapat menurunkan tingkat kesalahpahaman di antara kedua individu agar tidak terjadi pertikaian. Hal itu dapat ditemukan pada bahasa baik verbal maupun nonverbal.
Bahasa verbal yang digunakan dalam interaksi antarbudaya di Indonesia dapat menciptakan kesalahpahamanm
Indonesia adalah Negara yang kaya akan keragaman budaya, dengan lebih dari 700 suku dan sekitar 700 bahasa daerah yang digunakan. Di tengah keberagaman tersebut, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa nasional yang digunakan untuk komunikasi lintas budaya. Meskipun demikian, bahasa verbal yang digunakan dalam interaksi antarbudaya di Indonesia tidak selalu dapat menjamin kelancaran komunikasi tanpa adanya potensi kesalahpahaman. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kesalahpahaman dalampenggunaan bahasa verbal dalam komunikasi antarbudaya, baik itu karena perbedaan makna kata, perbedaan intonasi, maupun perbedaan kebiasaan berbicara yang khas dari setiap budaya.
Budaya di Indonesia memiliki kecenderungan untuk membedakan antara bahasa resmi dan tidak resmi dalam berbagai situasi sosial. Misalnya, dalam budaya Jawa, penggunaan bahasa karma (bahasa halus) dan ngoko (bahasa sehari-hari) sangat dihargai dan digunakan sesuai dengan status sosial dan hubungan antara pembicara. Seseorang yang lebih tua atau memiliki kedudukan lebih tinggi biasanya akan diajak bicara dengan bahasa krama, sementara bahasa ngoko digunakan dengan teman sebaya atau lebih muda.
Namun, penggunaan bahasa yang terlalu formal atau terlalu informal dalam interaksi antarbudaya bisa menyebabkan kesalahpahaman. Misalnya, seseorang yang tidak terbiasa menggunakan bahasa formal bisa merasa terhina jika diperlakukan secara sangat formal, sementara orang yang terbiasa dengan formalitas bisa merasa diabaikan jika berbicara dengan bahasa yang terlalu santai atau tidak menghormati status mereka.
Bahasa verbal dalam komunikasi antarbudaya di Indonesia memiliki potensi besar untuk menimbulkan kesalahpahaman, terutama karena perbedaan dalam makna kata, penggunaan intonasi, serta norma budaya yang mengatur cara berbicara. Meskipun bahasa Indonesia menjadi bahasa penghubung antarbudaya, perbedaan dalam gaya berbicara, penekanan kata, dan kebiasaan berbicara dapat menyebabkan orang merasa salah paham atau bahkan terpinggirkan.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran budaya dan keterampilan komunikasi antarbudaya agar interaksi antar individudari berbagai latar belakang budaya dapat lebih efektif dan menghindari kesalahpahaman yang tidak diinginkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan komunikasi antarbudaya yang mengajarkan cara berbicara yang sensitive terhadap perbedaan budaya, penggunaan bahasa yang lebih inklusif, dan pemahaman tentang nuansa komunikasi verbal yang berbeda-beda.
Bahasa Indonesiacukup efektif dalam menjembatani komunikasi antarbudaya
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral sebagai bahasa pemersatu di negara yang memiliki lebih dari 700 suku bangsa dan ratusan bahasa daerah. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi formal di ranah pemerintahan dan pendidikan, tetapi juga sebagai media komunikasi lintas budaya. Dalam konteks interaksi antarbudaya di Indonesia, bahasa Indonesia sering dianggap cukup efektif dalam menjembatani komunikasi antara individu yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa daerah yang berbeda. Namun, efektivitas ini tidak dapat dipandang tanpa mempertimbangkan sejumlah faktor yang mempengaruhi cara orang menggunakan bahasa Indonesia dan bagaimana bahasa ini berfungsi dalam situasi lintas budaya.
Bahasa Indonesia dapat dikatakan cukup efektif dalam menjembatani komunikasi antarbudaya di Indonesia, dengan beberapa faktor yang mendukung keberhasilannya, seperti peranannya sebagai bahasa pemersatu, fleksibilitas bahasa, dan kemampuannya untuk mencerminkan nilai-nilai budaya lokal yang ada di masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi yang memungkinkan orang dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa daerah untuk saling berinteraksi dan memahami satu sama lain.
Namun, efektivitas bahasa Indonesia tidak dapat dipandang tanpa tantangan. Perbedaan dalam penguasaan bahasa Indonesia, gaya komunikasi, dan keterbatasan dalam konteks budaya dapat menimbulkan potensi kesalahpahaman. Oleh karena itu, selain mengandalkan bahasa Indonesia, penting untuk mengembangkan kesadaran budaya yang lebih dalam, terutama dalam komunikasi antar budaya, agar komunikasi menjadi lebih lancar dan efektif. Pendekatan yang sensitif terhadap perbedaan budaya dan komunikasi yang terbuka dan inklusifkan semakin memperkuat peran bahasa Indonesia dalam menjembatani komunikasi antarbudaya di Indonesia.
Bahasa non-verbal (gerakan tubuh,ekspresi wajah, kontak mata, dll) memiliki makna tertentu dalam komunikasi antarbudaya
Komunikasi nonverbal didefinisikan sebagai komunikasi yang dihasilkan melalui cara lain selain kata-kata (misalnya, kontak mata, bahasa tubuh, atau isyarat vokal).Bayangkan tidak adanya berbagai ekspresi wajah emosional jika wajah semua orang membeku. Dunia akan menjadi tempat yang kurang menarik, dan akan lebih sulit untuk menstimulasi makna yang akurat dalam pikiran orang lain; oleh karena itu, kita akan memulai bab ini dengan membahas pentingnya komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal merupakan elemen penting dalam berhubungan dengan orang lain.
Komunikasi nonverbal sering kali menjadi cara pertama kita menjalin hubungan dengan orang lain, atau, paling tidak,mengajak orang lain untuk berkomunikasi. Untuk berkomunikasi dengan orang lain, kita harus melakukan kontak mata dengan beberapa pengecualian. Jadi, hubungan dimulai dengan komunikasi nonverbal. Pertimbangkan juga bagaimana manusia berhubungan dengan orang lain melalui sentuhan, aroma, gerakan tangan, penampilan fisik, dan banyak lagi.
Ada dua aspek untuk memahami bahwa komunikasi nonverbal didasarkan padabudaya:
Mengenali bahwa bahkan jika kita tidak mengetahui komunikasi non-verbal yang tepat dengan seseorang dari budaya lain, maka kita setidaknya harus mengakui bahwa ada kebutuhan untuk bersikap fleksibel, tidak bereaksi, dan mengajukan pertanyaan. Mengenalibahwa ada aspek-aspek tertentu dari komunikasi non-verbal yang berbeda tergantung pada budayanya. Ketika memasuki budaya baru, kita harus mempelajari aturan-aturan budaya tersebut.
Penggunaan bahasa non-verbal dalam interaksi antarbudaya dapat menyebabkan kebingungan
Responden menyatakan kurang lebih dari (65%) merasakan kebinggungan dalam penggunaan bahasa non-verbal. Komedian SamuelJ. Comroe memiliki keahlian luarbiasa dalam menjelaskan bagaimana komunikasi nonverbal dapat disalahpahami. Rutinitas komedi Comroe berfokus pada bagaimana sindrom Tourette memengaruhi kehidupan sehari-harinya. Sindrom Tourette dapat mengubah perilaku individu, dari gerakan tubuh yang tidak terkendali hingga vokalisasi yang tidak terkendali.
Comroe seringkali tampak mengedipkan mata padahal tidak. Dia menjelaskan bagaimana “kedipan matanya” dapat menyebabkan orang lain percaya bahwa dia bercanda padahal tidak. Dia juga menceritakan kisah tentang bagaimana dia bertemu istrinya di sekolah menengah. Selama sandiwara, dia berperan sebagai penjahat dan istrinya berperan sebagai polisi. Istrinya menyuruhnya untuk “membeku,” dan dia terus bergerak (karena Tourette). Istrinya salah memahami gerakannya yang berarti dia sedang menantang dan dengan demikian “menjatuhkannya.” Anda dapat menonton rutinitas Comroe di sini.
Meskipun kesalahpahaman nonverbal bisa jadi lucu, kesalahpahaman ini dapat memengaruhi hubungan interpersonal maupun profesional. Salah satu penulis pernah mengikuti wawancara kerja penting untuk pekerjaan yang tidak ditawarkan kepadanya. Ia meminta masukan dari pewawancara, dan pewawancara berkata, “jawaban Anda terdengar kaku.” Penulis tidak berpikir untuk melakukannya saat itu,tetapi yang seharusnya ia katakan adalah bahwa ia mungkin terdengar kaku karena ia sering berpikir tentang pekerjaan, filosofi pekerjaannya, dan bagaimana ia mendekati pekerjaan. Jadi, nada bicaranya mungkin lebih menunjukkan bahwa ia sekadar tahu apa yang ia rasakan daripada “kaku.”
Saat Anda terus mempelajari komunikasi nonverbal, pertimbangkan bagaimana Anda memahami komunikasi non-verbal dalam interaksi. Terkadang, makna komunikasi non-verbal bisa jadi cukup jelas. Sering kali, anggukan kepala dalam percakapan berarti sesuatu yang positif seperti setuju, “ya,” terus berbicara, dll. Di lain waktu, makna komunikasi non-verbal tidak jelas. Pernahkah Anda bertanya kepada seorang teman, “apakah dia terdengar kasar kepada Anda” tentang perwakilan layanan pelanggan? Jika ya, Anda sudah familier dengan ambiguitas komunikasi nonverbal.
Pentingnya bahasa non-verbal dalam menghindari kesalahpahaman dalam interaksi antarbudaya
Bahasa terus menjadi penghalang untuk menyampaikan pesan kita kepada orang lain di era globalisasi dan komunikasi. Hambatan Bahasa Non-verbal merupakan tantangan umum dalam bisnis internasional, penerbangan, lingkungan sosial. Mereka memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Hambatan bahasa non-verbal adalah akar penyebab dari banyak masalah atau hambatan dalam perawatan kesehatan, negosiasi, politik dan bisnis, dan pendidikan. Ada consensus internasional yang luar biasa tentang dampak negatif dari bahasa verbal, non-verbal, dan hambatan budaya pada kehidupan kita.
Tubuh kita berbicara: Kita menggunakan bahasa tubuh sejak kita lahir. Kita melakukannya sebagian besarta tanpa disadari. Gerakan bagian tubuh kita (perilaku) merupakan cerminan dari keadaan batin dan emosional, budaya, identitas, kepribadian, agama, dan kebangsaan kita. Tubuh kita mengomunikasikan pesan positif dan negatif yang kuat tanpa kata-kata. Sebagian besar informasi dipertukarkan melalui perilaku.
Tubuh kita mengucapkan kata-kata (anggukan kepala bisa berarti ya atau tidak), kalimat, frasa, dan tanda baca. “Bahasa berbicara lebih keras daripada kata-kata”, dan berbicara dalam semua bahasa di dunia. Ada perbedaan dan keragaman bahasa non-verbal yang sangat besar diantara berbagai budaya, ras, dan daerah. Diperkirakan bahwa manusia dapat menghasilkan hingga700.000 tanda fisik yang berbeda. Wajah saja dapat menghasilkan 250.000 ekspresi, dan setidaknya 5.000 gerakan tangan telah dikaitkan dengan padanan verbal. Peneliti lain telah membuat katalog 1.000 postur, dan gerakan yang menyertainya. (Axtell & Fornwald: 1991) Komunikasi non-verbal memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagian besar komunikasi kita diekspresikan melalui tubuh kita, 90% emosi kita diekspresikan secara non-verbal (Spinks & Wells: 1997).
Namun, perilaku tubuh memiliki makna yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Apa yang dianggap perilaku kasar dalam satu budaya mungkin diterima sebagai perilaku ramah atau sopan dalam budaya lain. Pesan non-verbal kita memungkinkan orang lain membaca ide dan kepribadian kita dan mengetahui bagaimana kita rasakan tentang diri kita sendiri, lingkungan, dan tentang mereka.
Gambar: 1 Menyajikan proses komunikasi, dan bagaimana komunikasi berlangsung?
Proses Komunikasi terdiri dari model atau peta proses komunikasi yang menunjukkan hubungan antara elemen atau komponen proses komunikasi. Budaya memiliki peran penting dalam cara orang berkomunikasi secara verbal maupun non- verbal di Indonesia
Budaya adalah sistem nilai, norma, keyakinan, dan perilaku yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu masyarakat tertentu. Dalam perspektif komunikasi, budaya merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk cara seseorang berkomunikasi dan memahami pesan yang disampaikan (Nuzuli, 2023b). Budaya mempengaruhi pola pikir, bahasa, simbol, dan cara berpikir seseorang. Oleh karena itu, dalam komunikasi, budaya mempengaruhi bagaimana pesan disampaikan, diterima, dan di interpretasikan oleh orang lain.
Dalam budaya yang berbeda, terdapat perbedaan dalam hal ekspresi, nada, gestur, dan bahasa tubuh yang digunakan dalam komunikasi. Oleh karena itu, orang yang berasal dari budaya yang berbeda mungkin memiliki kesulitan dalam memahami atau menginterpretasikan pesan yang disampaikan.
Selain Itu, budaya juga mempengaruhi pilihan media komunikasi yang digunakan. Misalnya,dalam beberapa budaya, komunikasi tatap muka dianggap sebagai cara yang paling efektif, sementara di budaya lain, media tertulis seperti email atau pesan teks lebih disukai.
Dalam komunikasi antarbudaya, penting untuk memahami perbedaan budaya dan mencoba untuk menghindari kesalahpahaman. Dalam situasi komunikasi yang sulit,penting untuk mempertimbangkan budaya seseorang dalam memahami dan merespons pesan yang diterima. Komunikasi dan budaya sangatlah terkait erat. Setiap budaya memiliki aturan dan nilai-nilai tertentu yang membentuk cara orang berkomunikasi dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, cara berkomunikasi yang efektif dalam satu budaya mungkin tidak efektif dalam budaya lain Cara mengatasi perbedaan budaya dalam komunikasi verbal dan non-verbal ketika berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda.
Untuk mengatasi perbedaan budaya dalam komunikas iverbal dan non-verbal,bisa melakukan:
Menghormati Budaya Lain, Yaitu hormati budaya lain sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang anda kehendaki.
Menunjukkan rasa hormat dan toleransi,Dengan bersikap sopan dan tidak Membeda-bedakan orang lain.
Mempelajari bahasa isyarat, Bahasa isyarat dapat membantu Anda berkomunikasi dengan orang lain.
Mengutarakan dengan jujur jika kesulitan berkomunikasi, Jika Anda kesulitan berkomunikasi, jangan ragu untuk mengutarakannya dengan jujur.
Mencari tahu lebih banyak soal budaya asing, Penguasaan budaya asing akan membantu Anda dalam mengatasi perbedaan budaya.
Meningkatkan Kesabaran Dan Empati, Berhadapan dengan orang asing dari budaya berbeda tentu memerlukan banyak kesabarandan empati.
Menerapkan active listening, Mendengarkan merupakan bagian penting dari komunikasi yang efektif.
Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh sesama
Hindari penggunaan slang words.
Bersikap lebih terbuka Cobalah bersikap lebih terbuka Pendidikan tentang komunikasi antarbudaya penting untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam interaksi verbal dan non-verbal
Dalam konteks komunikasi antarbudaya, setiap budaya memiliki norma, nilai, dan kebiasaan yang berbeda yang dapat mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi.
Beberapa alasan mengapa pendidikan tentang komunikasi antarbudaya antaralain:
Memahami Perbedaan Nilai dan Normatif
Setiap budaya memiliki sistem nilai dan norma yang berbeda. Apa yang dianggap sopan dan wajar dalam satu budaya bisa jadi dianggap tidak sopan atau bahkan ofensif dalam budaya lain. Misalnya, dalam beberapa budaya, berbicara dengan nada yang keras atau langsung dianggap kurang sopan, sementara dalam budaya lain itu bisa dianggap sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran.
Menghindari Stereotip
Pendidikan komunikasi antarbudaya dapat membantu orang untuk menghindari stereotip dan prasangka yang mungkin dimiliki terhadap kelompok budaya tertentu. Ini penting agar interaksi lebih terbuka dan bebas dari bias yang dapat mengarah pada konflik atau kesalahpahaman.
Meningkatkan Kemampuan Beradaptasi
Dengan memahami perbedaan dalam cara orang berkomunikasi, individu dapat lebih mudah beradaptasi dalam situasi lintas budaya. Misalnya, mereka bisa lebih peka terhadap penggunaan bahasa tubuh, intonasi suara, atau jarak fisik dalam komunikasi yang bisa berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya.
Mengurangi Potensi Konflik
Kesalahpahaman yang disebabkan oleh perbedaan budaya dapat menyebabkan ketegangan atau bahkan konflik. Pendidikan komunikasi antarbudaya memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai cara berkomunikasi yang lebih sensitif dan terbuka, sehingga mengurangi risiko konflik.
Penting dalam Konteks Global
Dalam Dunia yang semakin global ini, komunikasi antarbudaya sangat penting, terutama di tempat kerja atau dalam interaksi internasional. Memahami cara berkomunikasi Yang Efektif dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dapat meningkatkan kerjasama, memperkuat hubungan profesional, dan meningkatkan peluang dalam pasar global.
Kesimpulan
Dalam konteks interaksi antarbudaya di Indonesia, baik bahasa verbal maupun non-verbal memainkan peran yang sangat penting dalam membangun komunikasi yang efektif dan menghindari kesalahpahaman. Indonesia, dengan keberagaman budaya, suku, bahasa, dan tradisi, menawarkan suatu kompleksitas dalam cara individu berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, pemahaman terhadap perbedaan dan keunikan masing-masing elemen dalam komunikasi antarbudaya sangat diperlukan.
Bahasa Verbal, yang melibatkan penggunaan kata-kata, kalimat, dan ungkapan, memiliki peran yang sangat dominan dalam menyampaikan informasi yang jelas dan langsung. Namun, perbedaan dalam dialek, intonasi, serta penggunaan kata dalam konteks budaya yang berbeda bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda, bahkan dalam bahasa yang sama. Misalnya, dalam budaya Jawa, penggunaan bahasa yang lebih halus dan sopan (krama) sangat penting untuk menunjukkan rasa hormat, sementara dalam budaya Betawi atau Sunda, gaya bicara yang lebih langsung dan santai bisa lebih diterima. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri dalam komunikasi antarbudaya, terutama ketika individu tidak terbiasa dengan cara berkomunikasi yang digunakan oleh budaya lain.
Selain itu, bahasa non-verbal, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan jarak fisik, juga memainkan peran yang sangat besar dalam komunikasi antarbudaya di Indonesia. Meskipun Bahasa non- verbal sering dianggap sebagai bentuk komunikasi yang lebih universal, dalam konteks Indonesia, gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat memiliki arti yang berbeda tergantung pada latar belakang budaya seseorang. Misalnya, dalam budaya Bali, kontak mata yang intens bisa dianggap sebagai bentuk kepercayaan diri, namun dalam budaya Minangkabau, terlalu banyak kontak mata dapat dianggap kurang sopan. Begitu pula dengan penggunaan ruang dalam komunikasi, di mana beberapa budaya di Indonesia sangat menghargai jarak fisik yang lebih dekat sebagai bentuk keakraban, sementara budaya lainnya mungkin lebih menjaga jarak untuk menunjukkan rasa hormat dan pengendalian diri.
Kesadaran terhadap perbedaan penggunaan bahasa verbal dan non-verbal ini sangat penting untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam interaksi sehari-hari. Tanpa pemahaman yang mendalam mengenai konvensi budaya yang berbeda,sebuah percakapan dapat dengan mudah salah dimengerti,yang berpotensi menciptakan ketegangan atau bahkan konflik antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan komunikasi antarbudaya yang mendalam sangat diperlukan di Indonesia untuk membekali masyarakat dengan keterampilan dalam beradaptasi dan berinteraksi secara efektif di tengah keberagaman budaya.
Secara keseluruhan, komunikasi antarbudaya di Indonesia memerlukan keseimbangan antara pemahaman terhadap bahasa verbal yang digunakan serta kepekaan terhadap elemen non-verbal yang sangat beragam.Dalam Dunia yang semakin terhubung dan beragam,keterampilan untuk memahami dan menyesuaikan kedua jenis bahasa ini sangat krusial, tidak hanya untuk keberhasilan komunikasi, tetapi juga untuk mempererat hubungan sosial dan profesional antar individu dengan latar belakang budaya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Knapp,M.L.,&Hall,J.A.(2009). Komunikasi nonverbal dalam interaksi manusia (terj.H.M. Suryani). Penerbit Salemba Humanika.
Samovar, L.A.,Porter,R.E., & McDaniel,E.R.(2011). Komunikasi antarbudaya: Suatu pembaca (terj. D. M. Rahmadi). Penerbit Pustaka Pelajar.
Nakayama,T.K., & Martin,J.N.(2007). Komunikasi antarbudaya: Sebuah pengantar kritis. Penerbit Erlangga.
Birdwhistell,R.L.(1970). Kinesika dan konteks: Esai tentang komunikasi gerakan tubuh. Jurnal Studi Budaya, 5(3), 123-139.
Agustawan, D. M., Swaryputri, I. G. A. L., I Wayan Kotaniartha, & Malo, A. (2024). Penerapan komunikasi antar budaya dalam penyesuaian diri pada mahasiswa nusa tenggara timur fakultas Ilmu komunikasi dan bisnis. Universitas Dwijendra. 26(2),1-9
Nanda.(2023). KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL ANTARBUDAYA.pdf. Universitas
Muhammadiyah surabaya
Mulyana,D.(2023). KENALI PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON
VERBAL. Telkom University
Gilang,P.(2022). KOMUNIKASI VERBAL: PENGERTIAN, BENTUK DAN CONTOH.
Gramedia blog
LAMPIRAN
(1.1 Fakultas Yang Mengikuti)
(Sumber: Data diolah sendiri (2024)
(1.2 Judul kuesioner)
(Sumber: Data diolah sendiri (2024) PERBANDINGAN BAHASA VERBAL DAN NON-VERBAL DALAM INTERAKSI ANTAR BUDAYA DI INDONESIA.