Apa Itu Dulang Tinggi…?

Monica Milda Fitriani. (foto.dok)

Oleh: Monica Milda Fitriani
(Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Minangkabau)

Dua hari yang lalu saya pergi ke museum Adityawarman tepatnya di Jl. Diponegoro No.10, Belakang Tangsi, Kec. Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat. Di sana banyak terdapat benda-benda peninggalan sejarah dari mulai naskah kuno, miniatur rumah gadang, perhiasan anak Daro seperti kaluang, Suntiang dan gelang.

Disana juga di perlihatkan makanan khas Minangkabau seperti rendang lokan, dendeng balado, rendang daging dan bahan-bahan yang digunakan. Ada juga pakaian penghulu, pakaian anak Daro dan masih ada lagi pakaian adat yang di tampilkan termasuk kain tenun beserta alatnya. Dan masih banyak lagi sebenarnya benda-benda yang ada di museum Adityawarman.
Saat berkunjung ke sana saya tertarik dengan satu benda yang menjadi salah satu ciri khas pada saat acara arak-arakan. Benda tersebut adalah dulang tinggi. Kata Dulang menurut KBBI adalah sebuah baki yang di bagian tepinya terdapat bibir dan berkaki. Dulang terbuat dari logam yang di bawahnya ada kaki yang di ukir. Diatas Dulang terdapat tudung yang terbuat dari yang di tutupi oleh kain tilam.

Dulang tinggi ini dilengkapi oleh kain tilam yang di jahit dengan benang emas. warna dari kain tilam itu. Di tengahnya berwarna merah dengan motif yang berwarna emas. Sementara yang di tepinya itu berwarna hitam dengan motif berwarna emas. Selain tirai didalam dulang ada tuduang. yang nantinya didalam tuduang juga berisi beberapa makanan. Dulang tinggi identik dengan arak-arakan baik dalam upacara arak Bako dan di Pariaman tradisi manjalehan mintuo masyarakat menggunakan dulang tinggi. Makanan yang akan di bawa pada upacara adat baik itu saat acara baralek, babako dan manjalang mintuo. Masing-masing isi yang ada di dalam dulang itu berbeda-beda tergantung dengan ketentuan yang selama ini di gunakan. Semua orang yang mengikuti acara tersebut terutama ibuk-ibuk itu masing-masing dari mereka membawa dulang tinggi tersebut dengan cara di junjung di atas kepala kemudian berbaris dan berjalan bersama-sama sampai ke tempat tujuan dengan iringan musik tradisional Minangkabau. Setelah sampai di tempat tujuan dulang itu kemudian di berikan kepada tuan rumah.
Setelah di berikan kepada orang yang menerima. Kemudian penerima akan menyalin isi yang ada di dalam dulang tinggi tersebut. Setelah disalin, dulang tinggi itu diisi kembali oleh penerima barulah penerima akan memberikan dulang tinggi itu kepada orang yang membawa dulang tinggi tadi. Setelah semuanya selesai barulah semua orang yang mengikuti acara tadi pulang bersama-sama dengan membawa dulang tinggi. Tradisi seperti ini masih dilakukan sampai saat ini dan bahkan sangat populer di kalangan masyarakat.

Masing-masing daerah yang ada di Minangkabau memiliki bentuk dulang yang berbeda-beda. Kegunaan dari dulang pun juga berbeda-beda.Dulang di gunakan untuk acara ma anta saat bulan baik, tradisi saat ba arak marapulai Jo anak Daro dalam acara baralek. itu dilakukan di kabupaten Solok tepatnya di Nagari Lembang Jaya, jorong tanah Sirah.

Seiring perkembangan zaman banyaknya tradisi yang tidak diketahui dan bahkan sudah tidak di lakukan lagi. Kita sebagai generasi muda memiliki tanggung jawab terhadap pelestarian budaya baik itu dalam bentuk tradisi, bahasa, seni dan lainnya. Pergunakanlah media sosial untuk pengenalan budaya di daerah kita Minangkabau. Meskipun kita berada jauh di perantauan tapi tetaplah ingat Dimana kampung kita gunakanlah bahasa daerah saat berada dikampung halaman. ***