Bernostalgia dengan Mpok Leha, Penjual Pical di Kota Tua Jakarta

Saya dan Samin menikmati kuliner Kota Tua. foto.dok

Jakarta, Mimbar — Menjelang senja, rombongan Aspena Kabupaten Dharmasraya mengunjungi kawasan Kota Tua Jakarta. Bus pariwisata yang ditumpangi rombongan berhenti sekitar 100 m di depan stasion Kota. Di sebuah gang, bus berkapasitas 40 penumpang itu diparkir oleh sang sopir. Satu persatu penumpangnya turun.

Saya dan Samin turun bersama. Samin yang berada di Jakarta sejak sepuluh hari terakhir ini bercerita soal perjuangannya untuk merebut kursi wakil rakyat di Kampung halamannya Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Keputusan KPUD yang memenangkan Samin dugugat di Mahkamah Konstitusi (MK). Itulah sebabnya, ia terpaksa ngetem di Jakarta untuk mempertanyankan kursinya. Samin bergabung dengan rombongan Aspena saat beraudiensi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Lantaran asyik bercerita, Samin saya ajak jalan jalan menelusuri Kota Tua. Suasana Jakarta yang ramai di senja hari, ditambah dengan Lampu warna warni yang menghias gedung gedung zaman VOC, menambah suasana syahdu senja nan cerah. Orang orang pada berjualan aneka souvenir, mulai boneka ondel ondel, gantuntan kunci hingga beraneka panganan ringan. Sebagian dari mereka ada yang menyewakan sepeda onthel buatan 1926 merek gasele dan sim king. Anak anak bersukaria dengan sepeda sepeda sewaan. Suasana seperti itu juga dimanfaatkan oleh anggota Aspena untuk berselfie ria. Maklum, sesekali ke Jakarta.

Setelah pegal jalan jalan, saya mengajak Samin makan pical. Saya masih ingat beberapa tahun lalu makan pical di depan stasiun kota. Langsung saja saya menuju tempat yang masih saya ingat. Rupanya, Mpok Leha yang saya maksud masih juga berjualan pical ala Jakarta. Sayurannya terlihat segar, dan aroma kuah picalnya menyengat. Saya dan Samin langsung duduk di kursi plastik yang di tempat kita biasa digunakan unuk duduk sambil mencuci pakaian.

Baca Juga:  Pembukaan MTQ 2020 Penuh Pesan Hakekat ABS-SBK

“Pical dua mpok,” kata saya memesan pical sekalian untuk Samin. Sejurus kemudian dua piring pical disodorkan kepada saya. Wow, aromanya sedap dan menggugah selera. “Minumnya apa bang,” kata mk Leha yang wajahnya masih terlihat cantik dan seksi bodinya itu. Maklum, karena mpok Leha selalu menggunakan kebaya Jakarta saat bejualan pical. Saya pesan air mineral dan Samin pesan teh hangat.

Tanpa menunggu lama, saya dan Samin langsung melahap pical mpok Leha yang kesohor itu. “Enak ya mas. Samin suka,” kata mantan GM Harian terkemuka di Kabupaten Dharmasraya. Pria benama lengkap Muhamad Samin, SS itu terlihat begitu menikmati suasana. Apalagi di tengah keramaian kendaraan yang lalulalang di Kota Tua. Setelah habis, kami tidak langsung pergi. Kami masih melanjutkan ngobrol membahas kiat kiat kehumasan dan mimpi mimpi tentang Humas yang profesional, maju dan dinamis
Kami membubarilkan diri setelah petugas travel mengingatkan rombongan akan kembali ke penginapan. (budi waluyo)