Duet Fakhrizal-Ganefri Layak Dipertimbangkan

Rektor UNP Prof. Ganefri (kiri) dan Kapolda Sumbar Irjen Pol Fakhrizal (kanan). foto.dok

Padang, Mimbar — Pemilihan Gubernur Sumbar baru akan berlangsung tahun depan. Namun, sejak beberapa bulan ini, sejumlah politisi termasuk tokoh masyarakat, sudah mulai mengapungkan sejumlah nama yang menurutnya tepat memimpin Sumbar periode 2020-2025.

Dari sejumlah nama yang telah mengapung, baik dari kalangan politisi, Polri maupun birokrasi, tersebutlah nama  Irjen Pol, Fakhrizal, yang saat ini menjabat sebagai Kapolda Sumbar.

Fakhrizal, Putra Bukittinggi ini sudah menjadi perbincangan oleh berbagai kalangan. Selain karena jabatan yang diembannya saat ini cukup populer,  juga karena sikapnya yang ramah pada semua kalangan. termasuk di kalangan tokoh adat dan alim ulama. Tak salah kiranya, Fakhrizal digelari Kapolda Ninik Mamak.

Mencuatnya nama Fakhrizal sebagai calon gubernur Sumbar, tentu tak bisa muncul sendiri. Sejumlah politisi dan akademisi mulai membedah sejumlah nama yang diperkirakan tepat berpasangan dengan Fakhrizal.

Dari sejumlah nama yang diverifikasi, Rektor UNP  Prof Ganefri dinilai sebagai pasangan yang tepat untuk mendampingi Fakhrizal. Apalagi Prof. Ganefri saat ini sangat populer karena keberhasilannya mengantarkan UNP sebagai perguruan tinggi terpopuler di sumatera Baeat. Tangan dingin Ganefri, berhasil memajukan UNP menjadi universitas terbaik  di Sumbar.

Dalam sebuah diskusi ringan dengan wartawan,  Senin (15/7/2019) mantan Rektor Unand, Prof Wery Darta Taifur menilai Fakhrizal-Ganefri sangat tepat berduet memimpin Sumbar.  Kalau kedua tokoh ini berpasangan, untuk maju lewat jalur non partai pun diyakini nggak begitu sulit meraih dukungan. Karena itu, duet ini layak dipertimbangkan.

“Jalur indenpenden memang diperlukan untuk membuka kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat. Sistem perekrutan dalam parpol yang penuh intrik juga dapat dikurangi melalui jalur ini,” ujar Prof Wery.

Pada praktiknya, jalur independen ini juga tidak benar-benar murni independen atau non-parpol. Banyak kader parpol memilih jalur ini karena parpol tempat ia bernaung memilih untuk memajukan calon lain. Langkah ini misalnya pernah ditempuh Ichsan Yasin Limpo pada Pilgub Sulsel yang memilih jalur independen karena berseberangan dengan Partai Golkar tempat ia bernaung.

Tidak sedikit pula kepala daerah yang semula independen kemudian bergabung dengan partai politik dalam perjalanan kekuasaan karena tanpa dukungan parpol, pemerintahan tentu akan sangat sulit dijalankan.

“Pertanyaanya masyarakat Sumbar apakan butuh calon indenpenden dan kalau mau potensi ini mesti diupayakan sungguh-sungguh,” ujarnya

Lebih jauh Prof Wery menyebut, sekiranya ada inisiatif dari warga Sumatera Barat menyelenggarakan konvensi terbuka untuk mencari bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar periode 2020-2025 sebagai salah satu alternatif lahirnya pemimpin, nama pasangan Irjen Pol, Fakhrizal dan Prof Ganefri diyakini bakal banyak dipilih.

Wery Darta Taifur mengatakan konvensi adalah pola baru era demokrasi yang lebih terbuka dan sebagai alternatif lahirnya pemimpin di luar mekanisme kepartaian yang sudah ada.

Dikatakan Wery, dengan berkonvensi seluruh pihak terlibat, terlibat terutama para ketua RW ditingkat kota dan para Wali Kampung/jorong ditingkat kabupaten dan tokoh masyarakat lainnya. Pola ini sudah pernah dilakukan Yogyakarta.

Ditambahkannya, biasanya para tokoh yang ingin maju dalam pemilihan kepala daerah, harus menyerahkan uang dalam jumlah besar kepada partai politik atau mahar untuk membeli kesempatan itu. Atau jika melalui jalur independen, tokoh itu muncul sendiri mengorganisir massa dan bukan dipilih dan dimunculkan oleh masyarakat, seperti di Yogya ini. (ms/age/ald)