Infrastruktur Mendukung Ketahanan Air di Gorontalo

 

Jakarta, Mimbar – Provinsi Gorontalo dikenal dengan julukan ”Bumi Serambi Madinah”. Keindahan alam Gorontalo tak diragukan lagi, salah satunya ialah Danau Limboto. Danau yang menjadi tempat bermuaranya 23 sungai yang ada di Provinsi Gorontalo.

Seiring berjalannya waktu, Danau Limboto mengalami kedangkalan dan penyempitan sekaligus menjadi salah satu danau dengan status kritis di Indonesia. Berdasar data yang ada, pada tahun 1932 Danau Limboto mempunyai luas 7.000 ha dengan kedalaman 30 m, namun ditahun 2019 luas danau ini hanya mencapai 3.000 ha dengan kedalaman 2,5 m.

Tak main-main, Danau Limboto diprediksi akan menghilang pada tahun 2025 oleh Ahli Lingkungan Hidup jika pendangkalan terus dibiarkan. Guna mencegah hilangnya danau bersejarah ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) mulai melakukan proses pengerjaan revitalisasi Danau Limboto.

Revitalisasi Danau Limboto sudah dimulai sejak 2012 dengan dibangunnya Groundsill (membuat kemiringan sungai menjadi kecil), Check Dam, Tanggul, Pengerukan Danau serta Pembersihan Eceng Gondok yang pengerjaannya masih berlangsung hingga saat ini.

Pemulihan Danau Limboto ini bertujuan untuk memperluas daya tampung sungai dan memperlambat laju sedimentasi yang masuk ke Danau Limboto sehingga mengurangi daerah genangan banjir yang mengancam rusaknya fasilitas umum dan rumah penduduk disekitar danau setiap tibanya musim penghujan.

Selain itu, Kementerian PUPR juga melakukan pengelolaan air dengan Pembangunan Bendung Randangan yang terletak di Motolohu, Randangan, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Keberadaan Bendung ini mendukung berlangsungnya aktifitas pertanian jagung yang menjadi tulang punggung para petani di Gorontalo.

Bendung Randangan memiliki potensi irigasi seluas 8.963 ha yang mencakup 3 Kecamatan, 15 Desa dan 17,162 jiwa penduduk. Dengan adanya Bendung Randangan ini, musim tanam warga tak lagi bergantung pada hujan serta merubah sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi teknis sehingga dapat meningkatkan produktivitas menjadi dua kali lipat.

*Saksikan cerita perjalanan di Gorontalo selengkapnya di program “Journey” di MetroTv pada Sabtu 10 Agustus pukul 10.00 WIB. (ms/rls/ald)