LEU Mart Hadir di Sumbar

Ketua Umum Gebu Minang Sumbar H Boy Lestari Dt Palindih foto bersama Rektor UNP Prof Ganefri PhD dan sejumlah tokoh lainnya pada acara Buka Bersama Keluarga Besar Gebu Minang, Jumat, di Asrama Haji Padang.

PADANG, Mimbar- Untuk mempererat tali silaturahmi, khususnya di Bulan Suci Ramadhan ini,  Keluarga Besar Gerakan Ekonomi dan Budaya Minang  (Gebu Minang) Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (01/02/2018) menggelar acara Berbuka Puasa Bersama.

Acara yang digelar di Asrama Haji Padang itu dibarengi dengan Grand Launching Lembaga Ekonomi Umat (LEU) Mart Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta mengundang 350 orang anak yatim untuk buka puasa bersama.

Dalam sambutannya, Ketua BPD Gebu Minang Sumbar Buya H Boy Lestari Dt Palindih mengungkapkan, sejak dilantik jadi Ketua Umum Gebu Minang Sumbar, pihaknya sudah melakukan konsolidasi ke 19 kabupaten/kota di Sumbar. Bahkan dirinya telah melantik kepengurusan Gebu Minang di seluruh kabupaten.kota di Sumbar.

Lebih jauh H Boy menuturkan, keberadaan Gebu Minang sangat berperan dalam mengantisipasi memudarnya budaya Minangkabau akibat gerusan teknologi dan kemajuan zaman.

“Kami tidak rela budaya Minang ini pada suatu saat akan hilang kemajuan teknologi dan kemajuan zaman. Oleh karena itu kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan dan menghidupkan kembali budaya dan falsafah hidup orang Minang,” ujar H Boy.

Sementara itu, Dewan Pembina Gebu Minang yang juga merupakan Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof Ganefri PhD mengungkapkan, di Minangkabau ada tiga unsur yang menjadi pilar kehidupan masyarakatnya. Ketiga pilar tersebut adalah pendidikan, pasar sebagai tempat berusaha, serta surau atau masjid sebagai tempat beribadah.

“Masyarakat Minang terkenal sebagai masyarakat pedagang. Sehingga kehidupan mereka tak jauh dari pasar. Selain itu, sejak zaman penjajahan dulu orang Minang juga terkenal sebagai pemikir dan memiliki intelektual yang tinggi. Di samping itu, nilai-nilai agama juga sangat kuat dipegang oleh orang Minang. Maka jika ingin melihat masyarakat Minang marah, ganggulah lembaga pendidikannya, pasar serta surau tempat mereka beribadah. Jika ketiga hal itu sudah terusik, maka akan menimbulkan kemarahan bagi masyarakat Minang,” ujar Ganefri.

Pada kesempatan iotu juga dilakukan launching Lembaga Ekonomi Umat (LEU) Mart Majelis Ulama Indonesia (MUI) oleh Tokoh Muda Minangkabau yang merupakan penggagas Visi Indonesia 2033, Adrinof Chaniago.

Menurut Ketua Umum LEU, Bambang Wijonarko yang juga Direktur Utama PT LEU Ritel Indonesia, kehadiran LEU Mart merupakan jawaban konkrit yang ditunggu-tunggu oleh umat dari tema arus baru ekonomi umat di Kongres Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia tahun 2017 lalu.

Dalam kongres tersebut umat ingin terlibat langsung dalam memberikan solusi tegas terkait persoalan kesenjangan sosial yang terjadi di tanah air.

“Dari situlah munculnya LEU untuk merumuskan strategi-strategi apa yang bisa diberikan umat dalam sumbangsihnya kepada negeri ini,” ujarnya.

Dipilihnya ritel, lanjut Bambang, karena LEU mengajak umat untuk menjadi pedagang dan saudagar yang berkualitas sekaligus mengimplementasikan ekonomi syariah di sektor riil.

LEU Mart merupakan salah satu bukti nyata bahwa sektor riil syariah di Indonesia bisa dikembangkan, selain sektor moneter yang ada selama ini.

Dengan adanya bisnis ritel ini, tambah dia, akan mendorong terdistribusinya produk-produk UKM milik umat secara benar dan termanajemen dengan baik dalam kemiteraan dengan LEU Mart.

“LEU Mart ini bukan sekadar memasarkan produk-produk UKM saja, tapi lebih dari itu untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan terhadap UKM. Dari perspektif inilah, kami ingin penyerapan tenaga kerja lebih progresif di sektor ritel akan meningkat pesat. Inilah misi sekaligus solusi bagi kesenjangan sosial bagi bangsa ini,” kata Bambang yang juga ketua umum Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM).

Bambang menantang Pemprov Sumbar dan masyarakat Minang untuk ikut serta menjadi mitra LEU Mart. Masyarakat yang serius akan dilatih langsung oleh pihak LEU.

“Masyarakat hanya menyediakan tempat saja. Sedangkan barang akan disediakan pihak LEU dengan system konsinyasi,” jelas dia.

Tantangan ini cukup memunculkan antusias masyarakat dan undangan yang hadir dalam acara buka puasa bersama itu.

Acara tersebut juga diisi tausiyah oleh Buya Bagindo M Letter yang mengajak masyarakat Minang untuk lebih berfikir ke depan agar bias menjadi lebih maju lagi. (Del/AG)