Menelusuri Jejak Islam Nusantara: Kearifan Lokal dalam Islam Minangkabau

Fikri Muhammad Akbar. (Foto/dok)

Nama: Fikri Muhammad Akbar
(Jurusan: Sastra Minangkabau Universitas Andalas)

Islam telah menjadi agama mayoritas di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Seiring dengan perkembangannya, Islam telah mengalami adaptasi dan akulturasi dengan budaya-budaya lokal di berbagai daerah di Nusantara. Salah satu contoh yang menarik adalah kearifan lokal dalam Islam Minangkabau. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri jejak Islam Nusantara dan melihat bagaimana kearifan lokal ini tercermin dalam praktik keagamaan masyarakat Minangkabau.

Islam Nusantara adalah konsep yang menekankan pentingnya keberagaman dan inklusivitas dalam praktik keagamaan. Konsep ini mengakui bahwa Islam di Nusantara telah berkembang secara unik dan memiliki karakteristik budaya yang berbeda di setiap daerah. Islam Nusantara menganjurkan toleransi, sikap saling menghormati, dan dialog antarumat beragama. Dalam konteks ini, Islam Minangkabau juga memiliki peranan yang penting.

Pertama-tama, dalam Islam Minangkabau terdapat konsep “merantau” yang sangat kuat. Merantau mengacu pada tradisi perjalanan jauh untuk mencari ilmu agama, aktivitas perdagangan, maupun menempuh perjalanan untuk tujuan haji. Konsep ini dipercaya sebagai media untuk belajar pengalaman hidup, saling beradaptasi dengan budaya baru, dan menyebarluaskan ajaran Islam. Melalui merantau, umat Islam Minangkabau bisa meluaskan jaringan sosial, ekonomi, dan keagamaan mereka.

Kasurau adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang unik dan penting dalam budaya Minangkabau. Laki-laki Minangkabau dahulu mengunakan surau sebagai sarana pembelajaran ilmu Agama dan kegiatan-kegiatan yang lain seperti belajar silat dan ilmu lainnya. Kasurau dapat diartikan sebagai semacam kepekaan atau kesadaran sosial yang ditanamkan sejak dini kepada anak-anak Minangkabau. Konsep kasurau ini memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan tata nilai masyarakat Minangkabau.

Kearifan lokal kasurau dalam budaya Minangkabau mencakup berbagai nilai seperti kejujuran, kepedulian, kerelaan membantu sesama, menjaga sopan santun dalam berkomunikasi, serta menghormati orangtua dan orang tua guru. Melalui proses pembelajaran kasurau, generasi muda diajarkan untuk memiliki hati yang lembut, sikap yang ramah, dan tanggung jawab yang tinggi terhadap sesama.

Kasurau juga memegang peranan penting dalam pemeliharaan kearifan lokal dan tradisi budaya Minangkabau. Generasi muda diajarkan untuk menghormati dan mempertahankan adat istiadat, seni, sastra, musik, tarian, silat, serta berbagai aspek kebudayaan Minangkabau. Dengan demikian, kearifan lokal kasurau tidak hanya menjadi sarana pembelajaran agama islam akan tetapi juga sebagai warisan berharga bagi masyarakat Minangkabau, dan juga menjadi fondasi yang kuat dalam membangun hubungan harmonis antarwarga dan memelihara identitas budaya mereka.

Dengan demikian, kasurau memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keharmonisan masyarakat Minangkabau serta melestarikan tradisi dan budaya mereka. Melalui pembelajaran dan implementasi nilai-nilai kasurau, diharapkan generasi muda Minangkabau akan terus meneruskan warisan budaya dan kearifan lokal mereka, serta menjadikannya sebagai pondasi yang kokoh dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Salah satu prinsip utama dalam Islam Minangkabau adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, yang berarti “Adat mengikuti syariat, syariat mengikuti Kitabullah”. Prinsip ini menegaskan bahwa adat atau budaya lokal harus selaras dengan ajaran agama Islam. Ini menunjukkan bahwa Islam Minangkabau menghargai dan memadukan nilai-nilai lokal dengan prinsip-prinsip agama.

Adat Pepatih sebagai Landasan Hukum dalam Masyarakat Minangkabau. Adat Pepatih adalah sistem hukum adat yang diterapkan dalam masyarakat Minangkabau. Meskipun bukan bagian dari ajaran Islam, Adat Pepatih telah diakui dan dipraktikkan selama berabad-abad. Sistem ini mengatur segala macam aspek kehidupan masyarakat, termasuk perkawinan, warisan, dan pengambilan keputusan. Islam Minangkabau menghormati dan mengakui keberadaan Adat Pepatih, sejalan dengan prinsip Adat Basandi Syarak.

Pengaruh Islam dalam Adat Istiadat Minangkabau. Islam telah memberikan pengaruh yang kuat dalam adat istiadat Minangkabau. Contohnya adalah tradisi perkawinan Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, yaitu keturunan dihitung dari pihak ibu. Meskipun tradisi ini tidak berasal dari ajaran agama Islam, tetapi Islam telah menyelaraskannya dengan prinsip-prinsip agama. Sistem matrilineal ini juga tercermin dalam struktur kekuasaan dalam masyarakat Minangkabau.

Kearifan lokal dalam Islam Minangkabau juga tercermin dalam praktik bersantap / makan bajambah Masyarakat Minangkabau dikenal memiliki budaya makan yang khas dengan adanya hidangan yang disajikan secara bersama-sama di atas meja tarik. Hidangan-hidangan tersebut melibatkan aneka jenis masakan yang menggugah selera, seperti rendang, gulai, dan dendeng balado. Praktik bersantap ini tidak hanya menjadi momen berkumpul keluarga, tapi juga mengandung nilai-nilai sosial dan religius seperti berbagi rezeki, saling menghormati, dan mensyukuri nikmat hidangan yang diberikan oleh Allah.

Selain itu, seni dan budaya juga memainkan peran penting dalam Islam Minangkabau. Dalam adat dan budaya Minangkabau, terdapat seni musik tradisional seperti talempong, saluang, dan rabab. Seni ini biasanya digunakan dalam acara-acara adat seperti pernikahan dan festival budaya. Selain musik, seni lukis dan seni ukir juga sangat berkembang dalam masyarakat Minangkabau. Seni-seni ini menjadi sarana ekspresi dan penghormatan terhadap nilai-nilai Islam dalam budaya lokal.

Islam Minangkabau memiliki beberapa keunikan dalam konteks Islam Nusantara. Pertama, Islam Minangkabau menganut paham tasawuf yang kuat, dengan banyaknya pesantren-pesantren sufi di daerah ini. Pesantren pesantren ini menjadi pusat penyebaran ajaran Islam yang juga terbuka untuk orang-orang dari berbagai latar belakang budaya.

Kedua, dalam praktik keagamaan sehari-hari, masyarakat Minangkabau memiliki tradisi pengajian dan khataman Al-Quran yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tradisi ini menggambarkan betapa Islam telah meresap dalam kehidupan masyarakat Minangkabau secara menyeluruh.

Menelusuri jejak Islam Nusantara membawa kita pada kearifan lokal dalam Islam Minangkabau. Islam Minangkabau memadukan nilai-nilai lokal dengan prinsip-prinsip agama Islam, menciptakan identitas agama yang unik dan inklusif. Prinsip Adat Basandi Syarak dan pengakuan terhadap Adat Pepatih adalah bukti nyata bagaimana Islam Minangkabau menghormati dan memadukan tradisi lokal dengan ajaran agama. Dalam konteks Islam Nusantara, Islam Minangkabau menjadi contoh penting tentang bagaimana Islam bisa berkembang dan mengakomodasi budaya lokal yang berbeda.***