Penulis: Adinda
(Jurusan Sastra Minangkabau, FIB, Unand)
Permainan rakyat Minangkabau sebagai kesenian tradisional yang bersifat terbuka, oleh rakyat dan untuk rakyat, sesuai dengan sistematis masyarakatnya yang demokratis mendukung falsafah persamaan dan kebersamaan antara sesama manusia. Oleh sebab itu sifatnya yang terbuka sebagai milik umum, jadi permainan rakyat mudah berubah akibat pengaruh dengan kebudayaan luar. Dalam artian berubah bisa diartikan sebagai berkembang, memperbanyak, atau memperkaya. Persentuhan dengan kebudayaan luar adalah akibat perannya dalam sejarah sebbagai suku bangsaa yang menerima hubungan dengan pihak luar dan juga karena kebiasaan mereka pergi merantau. Dalam sejarah digambarkan bahwa berbagai kekuasaan asing yang datang ke Minangkabau secara bergelombang dan berganti-gantian. Ada yang menaklukkan seluruh daerah Minangkabau dan ada yang hanya sebagiannya saja. Oleh sebab itu, peta permainan rakyat itu pun sesuai dengan wilayah pengaruh kekuasaan asing yang datang. Demikian juga pengaruh ajaran yang datang kemudian yang menjadi panutan suku bangsa Minangkabau memberi warna dan kesan yang berbeda dengan permainan rakyat tradisional.
Sebagian pengaruh kebudayaan asing itu menyatu dan mengubah permainan rakyat Minangkabau, tetapi ada yang tetap terpisah dalam pelaksanaannya, seperti terpisahnya minyak dengan air dalam suatu kuali besar. Pengaruh kebudayaan Islam aliran Syiah dan mistik serta pengaruh kebudayaan barat lewat Belanda dengan Minangkabau hidup bersamaan dengan eksistensinya masing-masing. Pengaruh kebudayaan barat yang berkembang di kota dipakai secara selektif oleh ajaran Islam, sehingga pituah elok dipakai buruak dibuang (baik dipakai buruk dibuang) terlihat berperan.
Pengaruh kebudayaan itu mempunyai pengikut masing-masing. Terkadang terjadi perbenturan sosial antara mereka dalam sejarahnya pada masa dulu, tetapi lambat laut segalanya diterima menurut apa adanya. Namun, yang terkuat pada akhirnya menjadi dominan berkat seleksi hidup mereka yang praktis, sehingga permainan rakyat yang lebih bersifat duniawi, seperti yang diajarkan falsafahnya alam takambang jadi guru. Kelihatan lebih menonjol jika dibandingkan dengan yang lainnya. Peminat yang mendukung jenis-jenis permainan rakyat itu berbeda. Permainan rakyat yang bersifat Minangkabau serta bersifat Islam yang didukung penduduk desa yang digelari dengan nama golongan parewa, gambus, dan kasidah didukung golongan surau, dan gamat didukung golongan angku-angku.
Di wilayah darat yang dominan adalah permainan rakyat yang bersifat Minangkabau, seperti musik dan nyanyian, seni beladir, dan tarian. Yang dimaksud bersifat Minangkabau dalam hal ini adalah bentuknya yang sederhana dan temanya yang juga sederhana. Pemerannya semata-mata laki-laki. Kemungkinan permainan itu disamping sebagai alat memenuhi kebutuhan rohani, juga merupakan sebagai media untuk menghayati falsafah hidup mereka. Terutama tari-tarian akan senantiasa mengangkat gerakan yang mengandung arti atau mengandung suatu kisah. Sebaliknya tarian di pesisir lebih bersifat pergaulan yang gerakannya pun tidak mengandung arti. Beberapa jenis permainan rakyat juga diperankan perempuan. Kemungkinan fungsinya sebagai hiburan kaum istana raja yang memiliki dayang-dayang yang dinamai si kambang (si kembang).
Permainan rakyat yang bersifat Minangkabau yang terpenting pada dasarnya bertolak dari kaba sebagai tema dan pencak silat sebagai gerakan dengan dendang serta karawitan sebagai alat pembantu. Artinya tema yang diciptakan dalam tari atau nyanyian berkisar pada cerita kaba yang baik bersumber pada kisah tambo maupun yang bersumber pada kisah lainnya. Pola seluruh gerakan diimprovisasikan pada seluruh tema yang diangkat. Tema yang tidak dapat diimprovisasikan dibantu oleh nyanyian.
Berikut ini merupakan contoh permainan rakyat Minangkabau :
Randai
Permainan randai dibawakan banyak orang-orang. Mereka bermain membuat lingkaran, sambil melangkah kecil-kecil secara perlahan. Mereka bernyanyi berganti-gantian. Sebelum nyanyi dilakukan, mereka membuat gerakan pencak dengan langkah maju, mundur ke dalam lingkaran. Lalu ke luar lagi, ada kalanya mereka menyepak, menerjang, atau memukul tangannya. Sestelah itu mereka berjalan sambil bernyanyi. Semua gerakan pencak dituntun aba-aba salah satu diantara dalam lingkaran itu. Mula-mula menyanyikan sebait pantun atau kisah. Pada setiap kalimat terakhir, mereka mengulangi secara bersama-sama. Habis menyanyikan sepotong kisah dan beberapa pantun, mereka kembali melakukan gerakan pencak. Selesai menyanyikan sebuah adegan cerita, mereka lalu duduk meronggoh dalam lingkarannya, untuk beristirahat. Untuk mengisi acara istirahat, ditampilkanlah ke tengah lingkaran itu keterampilan mereka masing-masing, seperti pencak, tari atau permainan apa saja yang dapat mereka tampilkan. Peragaan keterampilan itu tidak dibawakan semuanya atau sekaligus pada satu kali istirahat itu. Hal ini disebabkan dalam suatu permainan randai yang akan dibawakan ceritanya umumnya panjang sehingga sampai larut malam baru bisa diselesaikan satu babak cerita , akan terdapat empat atau lima kali istirahat. Pada setiap waktu istirahat itu ditampilkan permainan yang lainnya lagi sebagai pengisi acara.
Dalam perekembangan sejarahnya, randai itu memasukkan unsur lakon, seperti yang dibawakan pemain-pemain dari daerah Payakumbuh. Dasar permainan randai tidak berubah. Akan tetapi, pada sewaktu istirahat yang lazimnya, diisi dengan berbagai keterampilan anggota rombongan, disuguhkan penampilan lakon. Sesudah sebuah adegan cerita di perankan, mereka berandai kembali. Kemudian ditampilkanlanjutan lakon cerita. Begitulah seterusnya, sehingga sebuah kaba selesai diperankan. Fungsi randai menjadi ada perubahan, yaitu menjadi pengantar lakon yang akan disampaikan pada babak berikutnya dengan bernyanyi. Permainan randai ini pada zaman emasnya juga memengaruhi permainan rakyat lainnya, seperti halnya dengan tarian tan bentan di Saningbakar dan pembawaan tukang kaba yang menceritakan kaba Tupai Janjang di daerah pesisir bagian selatan atau tari si kambang di daerah Padang. Popularitas randai di Payakumbuh ini menumbuhkan cerita-cerita kaba yang baru karena publik ingin mengetahuinya.
Bakaba
Berkabar (bakaba) merupakan suatu permainan rakyat yang termasuk populer. Bakaba suatu cara berkisah yang menimbulkan banyak pengaruh kepada berbagai bentuk permainan rakyat lainnya, seperti tari, nyanyi dan lakon. Bakaba, selain dari berkisah biasa, sering diiringkan oleh nyanyian. Tidak jarang pula ia disertai tari dan bahkan juga ada pemerannya. Dalam berkisahnya pembawanya disebut tukang kaba. Akan tetapi, jika kaba kaba disampaikan dengan nyanyian , terdapat berbagai cara gaya sendiri dan masing-masing mempunyai nama sendiri. Setiap nyanyian selalu diiringi alat bunyi sebagai pengiring bakaba. Alat bunyi-bunyian itu bisa apa saja, seperti alat gesek.alat pukul, atau alat tiup.
Tarian Perintang
Tarian orang muda yang biasa disebut tari perintang merupakan tarian yang dilakukan pemuda-pemuda untuk kegembiraan atau merintang hari atau waktu. Tari perintang dilakukan secara bersama-sama atau seorang diri dengan diiringi bunyi-bunyian, seperti talempong, gendang, adok, dan adakalanya juga diikuti puput batang padi.***