Menteri Basuki Dorong Pembentukan Pusat Penelitian Likuifaksi Libatkan Peneliti Internasional

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menghadiri pertemuan 4th UN Special Thematic Session on Water and Disasters di Markas Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. foto.dok.birkompuPUPR

New York, Mimbar – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang juga Wakil Ketua High-Level Experts and Leaders Panel (HELP) on Water and Disasters, menghadiri pertemuan 4th UN Special Thematic Session on Water and Disasters di Markas Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Senin (24/6/2019) siang. Agenda tersebut bagian dari pertemuan 13th HELP on Water and Disasters yang diadakan esok harinya pada Selasa (25/6/2019).

HELP yang kini dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Korea Selatan Han Seung So merupakan salah satu panel tenaga ahli yang memberikan masukan bagi Sekretariat Jenderal PBB bidang pengelolaan sumber daya air dan penanggulangan bencana.
Pertemuan HELP dihadiri oleh para pengambil keputusan, pucuk pimpinan pemerintahan, para ahli dan praktisi dari berbagai negara, seperti Jepang, Belanda, Korea Selatan, Australia hingga negara-negara Afrika.

Pertemuan HELP sekaligus merupakan forum untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam manajemen bencana, antara lain kejadian gempa bumi di Sulawesi Tengah pada akhir September 2018 yang diikuti dengan tsunami dan likuifaksi. Peristiwa fatalistik ini tengah menarik minat para anggota HELP untuk mengkaji lebih jauh.

Indonesia berada pada sabuk vulkanis (ring of fire) sehingga rentan dengan bencana gempa dan tsunami. Besar kerugian baik korban jiwa maupun materi yang dialami, membuat Pemerintah Indonesia tidak hanya fokus mencari penyebab bencana namun juga perlu mencari solusi lewat penelitian sebagai langkah mitigasi agar Indonesia lebih aman dan tangguh bencana.

Menteri Basuki dalam sambutannya mengatakan bencana gempa di Provinsi Sulawesi Tengah menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia untuk meningkatkan perencanaan dan kesiapan infrastruktur serta kesiagaan masyarakat.

“Pemerintah Indonesia saat ini tengah menaruh perhatian serius untuk mengembangkan Pusat Penelitian terkait likuifaksi dengan melibatkan banyak praktisi yang akan diberi nama “Nalodo Center”. Kata “Nalodo” berasal dari bahasa lokal di Kota Palu, Sulteng yang berarti terkubur lumpur atau tanah yang tenggelam,” kata Menteri Basuki.

Dikatakan Menteri Basuki, tujuan utama dari dibentuknya Nalodo Center adalah untuk meningkatkan pemahaman terkait likuifaksi melalui penelitian yang maju dan inovatif, termasuk pengembangan dan penyebaran sistem teknologi canggih penanganan likufikasi.

Menteri Basuki juga mengajak kerjasama internasional yang lebih erat dalam membangun ketangguhan negara menghadapi bencana. “Saya ingin meningkatkan kesadaran dunia khususnya untuk negara-negara tertentu yang mungkin memiliki kondisi geologis serupa seperti Palu. Lewat pusat penelitian tersebut, diharapkan dapat dihasilkan penelitian likuifikasi yang semakin kaya dan berkualitas tinggi di seluruh dunia,” ujar Menteri Basuki.

Dari data pengeboran geoteknik dan analisis menunjukkan kondisi tipikal area yang terkena likuefaksi sebagai berikut (i) permukaan air tanah dangkal; (ii) terdapat lapisan akuifer tertekan; (iii) terdapat kemiringan permukaan tanah, walaupun sudut kemiringan sangat kecil (tanah tidak datar sempurna); (iv) lapisan endapan didominasi oleh tanah berpasir (tanah aluvial) dengan tingkat kepadatan rendah; (v) terdapat lapisan tanah mendatar dengan tingkat permeabilitas rendah (agak kedap).

Turut mendamping Menteri Basuki yakni Duta Besar dan Wakil Tetap RI untuk PBB Dian Triansjah Djani, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air Hari Suprayogi, Direktur Utama PT. Adhi Karya Budi Harto Harjo Sudarmo, Presiden NARBO (Network of Asian River Basin Organizations) Imam Santoso dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja. (ms/rls/ald)