Permainan Anak Nagari yaitu Tradisi Randai dalam Masyarakat Minangkabau

Nelia Agustin..,(Foto/dok)

Penulis: Nelia Agustin
(Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

Kesenian Minangkabau berakar di Provinsi Sumatera Barat, tepatnya di Minangkabau,yang selalu menampilkan keberagaman yang disesuaikan dari berbagai daerah disana. Keindahan serta keberagaman kesenian Minangkabau dapat menjadi bagian dari ciri khas, maupun warisan yang memperkaya dan melengkapi panorama kesenian- kesenian di Indonesia.Kesenian Minangkabau mencakup berbagai macam seni pertunjukan, termasuk tari-tarian seperti Tari Piring, Tari Rantak, Tari Randai, Tari Indang, Tari Payung, dan berbagai lainnya.Selain itu, terdapat seni pantun dan sambah-manyambah, dendang, serta musik tradisional dengan instrumen seperti Saluang, Gandang Tabuik, Tambuah Rebana, dan sebagainya. Pakaian adat juga merupakan bagian penting dari kesenian dan ciri khas, tidak lupa juga selalu mengutamakan tradisi-tradisinya yang membuat Minangkabau kaya akan keberagaman.
Di Minangkabau, Randai merupakan kesenian pamenan rang mudo (permainan anak muda). Randai adalah suatu bentuk kesenian lama, yang dapat juga dikatakan seni drama, tari, dan suara khas Minang.Dikatakan “drama” karena suatu “kaba” yang dipertunjukkan diperankan oleh pelakunya melalui gerak (action). Antarwacana dialog), semita (mimic). Ada pula dimulai dengan sejenis prolog, sekali-kali berisilkan prolog.Randai dimainkan secara legaran, Legaran adalah gerakan melingkar kemudian diisi dengan dendang gurindam yang diikuti oleh musik; saluang, talempong, pupuik batang padi, dan gendang. Oleh pangkatuo (pelatih silat) legaran tersebut diisi dengan kaba (cerita rakyat) yang sudah ada sebelumnya.
Randai merupakan salah satu permainan tradisional Minangkabau yang memadukan seni lagu, musik, tari, drama, dan silat menjadi satu pertunjukan yang menarik. Dimainkan secara berkelompok, Randai biasanya ditampilkan dalam lingkaran dengan langkah kaki perlahan dan diiringi nyanyian yang menceritakan kisah secara bergantian. Semua cerita dalam randai berasal dari kaba yang bertemakan budi, malu, susila dan pendidikan. Pemeran utama dalam randai berjumlah satu sampai tiga orang tergantung cerita yang dibawakan.Randai dipimpin oleh guru atau biasa disebut gore, dan permainan diiringi dengan dendang dengan ketukan-ketukan berbeda berirama.Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang di dalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang.
Ciri khas permainan Randai:
Cerita: Randai biasanya menceritakan kisah-kisah rakyat, legenda, atau sejarah Minangkabau. Cerita-cerita ini disampaikan melalui nyanyian dan dialog antar pemain.
Gerakan: Gerakan Randai terinspirasi dari silat Minangkabau, dengan gerakan yang lincah dan penuh semangat. Para pemain menari dengan gerakan kaki yang diiringi dengan gerakan tangan dan tubuh yang ekspresif.
Musik: Randai diiringi oleh musik tradisional Minangkabau, seperti talempong, pupuik batang padi, rebab, bansi, dan saluang. Musik ini memberikan irama dan suasana yang meriah pada pertunjukan.
Kostum: Pemain Randai mengenakan kostum tradisional Minangkabau yang berwarna cerah dan indah. Kostum ini biasanya terbuat dari kain sutra atau beludru, dan dihiasi dengan berbagai ornamen.
Nilai-nilai: Randai mengandung banyak nilai-nilai budaya Minangkabau, seperti nilai kesopanan, kebersamaan, dan kepahlawanan. Nilai-nilai ini disampaikan melalui cerita dan pesan moral yang terkandung dalam pertunjukan.
Hiburan: Randai pada awalnya dimainkan sebagai hiburan bagi masyarakat Minangkabau. Pertunjukan Randai biasanya diadakan pada malam hari di lapangan luas, dan disaksikan oleh banyak orang.
Pendidikan: Randai juga memiliki fungsi edukatif, yaitu untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan moral kepada masyarakat. Cerita-cerita yang disampaikan dalam Randai mengandung banyak pesan moral yang dapat diambil oleh para penonton.
Pelestarian budaya: Randai merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Minangkabau. Pertunjukan Randai membantu untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya Minangkabau agar tetap lestari dari generasi ke generasi.
Saat ini, Randai masih dilestarikan oleh beberapa sanggar seni dan budaya di Minangkabau. Pertunjukan Randai masih dapat dilihat di berbagai acara budaya dan festival di Sumatera Barat. Selain itu, Randai juga mulai digemari oleh wisatawan mancanegara, dan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Sumatera Barat.

Pesan moral yang umum ditemukan dalam pertunjukan randai:
Nilai-nilai Kemanusiaan
Kejujuran: Diceritakan bagaimana kejujuran membawa kebaikan dan kebahagiaan, sedangkan kebohongan membawa kesusahan dan penyesalan.
Keadilan: Ditampilkan perjuangan melawan ketidakadilan dan penegakan hukum yang adil.
Kasih sayang: Digambarkan rasa cinta dan kasih sayang antar individu, keluarga, dan masyarakat.
Kesetiaan: Diperlihatkan kesetiaan pada pasangan, janji, dan prinsip.
Pengorbanan: Diceritakan pengorbanan demi kebaikan orang lain, keluarga, dan masyarakat.

Nilai-nilai Kebudayaan
Menghargai adat istiadat: Ditampilkan penghormatan terhadap tradisi dan budaya leluhur.
Menjaga persatuan dan kesatuan: Diceritakan bagaimana perpecahan dapat membawa kehancuran, sedangkan persatuan membawa kekuatan.
Melestarikan alam: Ditampilkan pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Menjunjung tinggi nilai-nilai agama: Diceritakan bagaimana nilai-nilai agama menjadi pedoman hidup yang baik.

Nilai-nilai Kehidupan

Keberanian: Ditampilkan bagaimana keberanian untuk melawan kejahatan dan menegakkan kebenaran.
Kebijaksanaan: Diceritakan bagaimana kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
Kesabaran: Diperlihatkan bagaimana kesabaran dalam menghadapi cobaan dan rintangan.
Kegigihan: Diceritakan kegigihan dalam mencapai tujuan dan cita-cita.
Kerendahan hati: Ditampilkan bagaimana kerendahan hati dalam bersikap dan berperilaku.
Pesan-pesan moral tersebut disampaikan dengan cara yang menghibur dan mudah dipahami oleh penonton. Randai tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan dan penyadaran moral bagi masyarakat.
Selain pesan-pesan moral masih banyak nilai-nilai positif lainnya yang dapat ditemukan dalam pertunjukan randai. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi pedoman hidup bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Contoh cerita randai yang mengandung pesan moral
Cindua Mato: Cerita tentang seorang anak yang dikutuk menjadi raksasa bermata satu karena durhakanya kepada ibu. Pesan moral dalam cerita ini adalah tentang pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua.
Sabai Nan Sarumpun: Cerita tentang dua orang yang bersaudara yang dipisahkan sejak kecil dan bertemu kembali setelah dewasa. Pesan moral dalam cerita ini adalah tentang pentingnya persaudaraan dan kasih sayang antar keluarga.
Andeh-Andeh Unying: Cerita tentang seorang gadis yang memiliki paras cantik dan suara yang merdu. Namun, dia selalu merasa rendah diri karena berasal dari keluarga miskin. Pesan moral dalam cerita ini adalah tentang pentingnya rasa percaya diri dan tidak menilai orang lain dari penampilannya.

Pertunjukan randai merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain nilai-nilai hiburannya, randai juga memiliki nilai edukasi dan moral yang tinggi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan melestarikan tradisi randai agar generasi muda dapat terus belajar dan mengambil pelajaran dari pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Karena randai dimainkan di arena yang melingkar, maka pergantian adegan disampaikan dalam dendang menggiring imajinasi setiap penontonnya ke suatu tempat peristiwa berlangsung yang kemudian diperkuat oleh dialog antarpemain. Itulah sebabnya, tokoh teater modern kemudian menyebut randai adalah suatu pertunjukan teater tradisi yang absurd. Pertunjukan randai yang absurd tersebut oleh kalangan pemerhati seni pertunjukan disebut sebagai suatu Pertunjukan Teater Tradisi yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Tokoh teater Indonesia yang berdomisili di Padang, Wisran Hadi mencoba merombak pola randai ini dalam setiap pementasan teaternya, bahkan cerita/kisah yang dimainkan pun ia tulis dalam bentuk teks, untuk memudahkan pemain menghafal dialog dan mengenal karakter penokohannya.
Randai disebut suatu pertunjukan absurd karena setiap pertunjukannya selalu ada adegan atau dialog yang tidak logis, namun ternyata mampu menggiring imajinasi penontonnya ke arah yang nyata hanya dengan suatu dendang pengisah dan peralihan setting. Misalnya, dikisahkan tokoh utama pergi ke dalam hutan, maka dengan seketika ia sudah ada dalam hutan. Padahal, tempatnya masih di sana. Juga dalam akting atau dialog diceritakan seseorang mati terbunuh, lalu tokoh yang mati itu tiba-tiba bangkit kembali dan ikut dalam legaran galombang. Perubahan adegan atau babakan tidak dilakukan dengan mengganti setting, atau cahaya lampu, atau mengganti kostum, melainkan cukup dengan gurindam yang dibawakan dalam legaran (galombang).***