MEDAN, MIMBAR –Pakar ekonomi yang juga guru besar Unand Prof. Syafruddin Karimi menyebutkan bahwa kesenjangan aset yang dimiliki oleh orang Indonesia sangat tinggi, makanya produksi rendah. Untuk itu harus ada kebijakan re-distribusi aset agar produksi bisa meningkat.
Hal itu disampaikannya saat diskusi dengan tema “Ekonomi Indonesia Pasca-Pemilu, Mengantisipasi Perang Dagang dan Dinamika Revolusi 4.0”, dalam rangka Silaturahmi Nasional (Silatnas) IKA Unand di Medan, Sabtu (6/7).
“Ketika aset senjang, maka pendapatan juga senjang. Persoalan inilah yang harus diselesaikan agar Indonesia bisa kompetitif dalam bidang ekonomi. Setelah pemilu, re-distribusi aset ini lah kebijakan yang ditunggu agar produksi bisa meningkat,” ujarnya
Dan juga, harus dilakukan evaluasi terhadap kebijakan industri (industrial policy) yang sekarang ada. Apakah kebijakan industri di Indonesia sudah tepat? Pembangunan industri manufaktur harus berdasarkan perhitungan yang matang, dan pemerintah bisa memberikan insentif-insentif kepada pelaku usaha.
Kemudian, lanjutnya, bagaimana perencanaan pembangunan, sudut pandangnya se-Indonesia, bukan perspektif Pemerintah Pusat semata. Membangun infrastruktur yang berkualitas yang bisa menghubungkan antar wilayah dengan cepat, adalah suatu keharusan.
Mengenai perang dagang Cina dan Amerika, bisa menjadi pelecut bagi Indonesia, dengan mencontoh bagaimana Cina mengembangkan perekonomiannya. “Kapan perlu di kampus diberikan pelajaran bahasa Cina, agar kita bisa tahu bagaimana strategi mereka,” sebutnya.
Dalam diskusi kebangsaan itu, turut menjadi narasumber mantan Menteri Bappenas Andrinof Chaniago, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Ari Kuncoro, Bambang Riznanto dari Kementerian Perindustrian dan dimoderatori Ketua Harian DPP IKA Unand Surya Tri Harto. (ms/isa)