Sekelompok orang yang hidup berkelana disebut dengan nomaden, yaitu yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan hidup berpindah-pindah. Biasanya mereka berpindah dari musim tertentu dan tempat tertentu disesuaikan kepentingan dari kelompok itu.
Pada zaman pra-sejarah manusia purba hidup berpindah-pindah untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini karena mereka belum mengenal bercocok tanam dan beternak. Manusia purba adalah salah satu contoh dari sekelompok orang yang hidup berkelana. Manusia purba berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain untuk mencari buah-buahan dan umbi-umbian. Mereka juga berburu binatang seperti rusa, kelinci dan binatang lainnya.
Pada zaman selanjutnya dimana peradaban sudah mulai berkembang mereka sudah mulai mengenal bercocok tanam. Tetapi mereka tetap berpindah-pindah untuk mencari tempat yang subur untuk berladang. Mereka juga berpindah-pindah untuk menghindari musim tertentu untuk tetap bertahan hidup.
Tiga macam kehidupan nomaden, yaitu sebagai pemburu-peramu, penggembala, dan pengelana. Berburu-meramu merupakan metode bertahan hidup yang paling lama bertahan dalam sejarah manusia. Mereka berpindah mengikuti musim tumbuhan liar dan hewan buruan. Penggembala memelihara ternak dan berpindah ke tempat lain bersama piaraannya. Mereka berpindah-pindah supaya tidak membuat ladang penggembalaan habis dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kaum pengelana pada umumnya terdapat di negara-negara yang telah mengalami industrialisasi, dan para pelakunya berpindah-pindah tempat untuk menawarkan barang dagangan di mana saja mereka singgah.
Pada zaman modern ini mereka biasa disebut dengan musafir. Mereka menetap sementara disuatu tempat dan disuatu waktu akan pergi ketempat yang lain. Salah satu yang masih menerapkan hidup berpidah secara turun temurun adalah kaum Gipsi. Kaum gipsi menyebar dibanyak tempat, tidak hanya di sebelah Selatan dan Timur Eropa namun juga di benua Amerika dan di Timur Tengah.
Latar Belakang Kaum Gipsi
Nenek moyang kaum Gipsi menurut penelitian berasal dari India bagian utara. Kira-kira 1.000 tahun yang silam mereka meninggalkan India dengan alasan yang kurang jelas. Beberapa pakar percaya bahwa nenek moyang mereka adalah perajin dan penghibur yang ikut dengan prajurit yang meninggalkan tanah airnya setelah konflik militer. Apa pun alasannya, kaum Gipsi sampai ke Eropa sebelum tahun 1300 M melalui Persia dan Turki.
Kedatangan kaum Gipsi dalam kelompok-kelompok besar ke Eropa mengejutkan masyarakat setempat. Pada Abad Pertengahan, orang Eropa masih menganggap bahwa dunia itu hanya seluas desa atau kota mereka sendiri. Banyak hal dalam diri kaum Gipsi yang membuat rasa ingin tahu orang Eropa. Selain warna kulit, mata, dan rambut mereka yang gelap, pakaian, tata krama, dan bahasa pendatang baru ini sama sekali berbeda. Kaum Gipsi cenderung tidak mau berbaur, kebiasaan mereka dulunya hidup dalam masyarakat India yang terbagi berdasarkan kasta. Puluhan tahun kemudian, rasa ingin tahu orang Eropa berganti menjadi rasa curiga.
Kelompok kaum Gipsi hidup dikucilkan di Eropa dan dipaksa mendirikan kemah hanya di luar perkampungan. Mereka dilarang masuk bahkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menimba air. Desas-desus yang berkembang adalah, “Kaum Gipsi suka menculik anak-anak, dan bahkan memakannya”. Hukum mewajibkan mereka untuk memasak di tempat terbuka agar siapa pun yang ingin tahu dapat memeriksa isi belanga mereka. Sering kali pemeriksaan ini dilakukan dengan menumpahkan makanan untuk hari itu ke tanah. Tidak heran, ada kelompok orang Gipsi yang mencuri makanan untuk bertahan hidup.