Sri Mulyani Bicara Kualitas SDM RI dibanding Negara ASEAN Lain

Tangerang Selatan – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, di balik ekonomi Indonesia yang tumbuh di level 5%, masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Angka 5% itu menjadikan Indonesia masuk 3 besar negara-negara

G20 dengan pertumbuhan tertinggi, setelah China dan India. Cuma, menurut Sri Mulyani, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih kalah dengan negara-nagara ASEAN lain

“Kualitas manusianya masih tertinggal dari negara tetangga, kita lihat kalau kalian di tes dibanding Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, 3 tesnya membaca, matematika, sains, Indonesia ada di bawah. Kalau diuji seluruhnya, kita jauh tertinggal bahkan dengan Vietnam, makanya 20% dari APBN untuk pendidikan, ini bagian yang akan anda pikirkan untuk Indonesia menjadi lebih baik,” kata Sri Mulyani di Student Centre PKN STAN, Jakarta, Kamis (21/12/2017).

Tidak hanya kualitas, dari sisi infrastruktur juga Indonesia masih berada di bawah garis rata-rata dunia, artinya masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan tetangga. Hal itu, kata Sri Mulyani, masih sulit untuk mencapai kesejahteraan, mencerdaskan bangsa terutama bagi mereka yang lahir dari keluarga miskin

“Itu yang membuat kita harus bangun infrastruktur, jalan raya, air bersih, perumahan, airport, pelabuhan, telekomunikasi, listrik, kalian di sini banyak waktu tapi di remote are masih ada orang yang belum mendapat listrik,” tambah dia.

Oleh sebab itu, pemerintah terus berbenah diri dengan kebijakan-kebijakan yang membuat nyaman investor menanamkan dananya di tanah air.

“Pemerintah di bawah Presiden Jokowi terus memperbaiki kualitas kemudahan berusaha, kebijakan jelas, masyarakat produktif, masyarakat pintar, infra dibangun, jadi bukan hanya turism tapi mereka berbisnis, Indonesia peringkat 1 dari sisi kepercayaan kepada pemerintah dari sisi competitiveness index kita meningkat terus, itu nanti hasil kalian, kalau bicara EODB mudah melakukan bisnis di Indonesia, kalau orang punya uang enggak sulit untuk minta izin, enggak perlu dipalakin preman, anda bisa membuat apa saja,” tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (hns/hns) detik.com