Toek, Ulat Putih yang Dikonsumsi Masyarakat Mentawai Turun Temurun

Seorang masyarakat Mentawai, sedang panen Toek, Kamis (30/03/23) di salah satu sungai yang berada di desa Goso'oinan kecamatan Sipora Utara. (foto dok/dinda)

MENTAWAI, mimbarsumbar.id – Bagi masyarakat Mentawai, mengonsumsi ulat putih yang bersarang di dalam kayu-kayuan, memang sudah tidak asing lagi. Ulat putih yang bagi masyarakat Mentawai disebut Toek, sudah dikonsumsi secara terun temurun.

Asnidar, masyarakat Mentawai pecinta makanan Toek, Kamis (30/03/23) usai panen di sungai yang berada di desa Goso’oinan kecamatan Sipora Utara kabupaten kepulauan Mentawai, mengatakan bahwa Toek merupakan salah satu makanan khas Mentawai yang berupa jenis ulat putih yang berada didalam kayu yang telah mengalami pembusukan. Masyarakat Mentawai sengaja meletakkan potongan kayu ke dalam sungai dan mendiamkannya selama 4-5 bulan, kemudian kayu toek siap di panen.

“Kayu yang digunakan dalam membuat toek tidak sembarang kayu, sementara kayu yang digunakan dalam membuat toek merupakan kayu tumung. Kita mengetahui hal tersebut berdasarkan pengalaman turun temurun,” ujar Asnidar, Kamis (30/3/2023).

Toek sendiri bisa disebut sebagai makanan ekstrim, dimana masyarakat dapat memakannya secara langsung tanpa memasaknya. Ada sebagian mereka memakan toek dengan air asam yang diiris dengan bawang merah, lalu mencelupkan toek kedalam air asam lalu langsung memakannya.

Masyarakat Mentawai mengatakan bahwa toek merupakan makanan yang kaya akan protein. Asnidar mengatakan bahwa toek sangat enak dan baik dimakan secara langsung atau pun dimasak. “Kandungan gizi dan proteinnya sangat banyak, mungkin itu juga salah satu penyebab orang Mentawai sehat-sehat,” ujar Asnidar.
Dan sekarang toek sudah diperjual belikan di media sosial misalnya lewat FB. Peminatnya sangat banyak. Penjual toek biasanya menjual toek dengan harga Rp 15.000- Rp 20.000 perbungkusnya. (ms/dinda)