Waspada.. Penyakit Gila Israel Menular

Nazwar. (foto/dok)

Oleh: Nazwar, S.Fil. I., M.Phil.
(Penulis Lepas Yogyakarta)
Sebagai bangsa, Palestina dan Israel berkonflik sudah lama, meski nyata perlakuan dunia terhadap sikap Israel kepada Palestina adalah tidak adil, tidak semata diam saja namun bersikap hipokrit terhadap isu kenegaraan, kemanusiaan, dan keadilan akan tetapi ternyata ada juga yang mendukung. Penulis sebenarnya masih mencari diksi yang tepat untuk menggambarkan kondisi atau sikap Israel terhadap Palestina. Tidak cukup kuat sebagai alasan, namun penulis menggunakan istilah gila.
Anak kecil Palestina layaknya anak kecil pada umumnya, belum bisa berpikir seperti berpikirnya orang dewasa, belum tahu apa itu konsep-konsep, bahkan jauh dari pemahaman tentang doktrin-doktrin agama. Tidak jauh berbeda dengan wanita, meski dikatakan memiliki hak yang sama, yang sering diidentikkan dengan ketidak berdayaan dalam melakukan perlawanan fisik, kaum papa juga dibantai dengan bombardir dan persenjataan perang lainnya. Apa lagi yang menjadi alasan yang melatar belakanginya selain penyakit gila?!
Dipahami, hubungan internasional antar negara tidak senantiasa baik, baik dalam sektor ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Hubungan antar negara terkadang bermasalah. Pada prinsipnya setiap negara menyadari bahwa perlu untuk mengedepankan perdamaian. Terdapat aturan main dalam konflik bersenjata atau perang berupa sasaran yaitu tentara atau objek militer, bukan fasilitas umum, namun secara aturan prinsip pembedaan tersebut faktanya sering kali dilanggar.
Hal yang penulis anggap penting untuk dikemukakan adalah usaha “kambing hitam” yang dilakukan oleh pihak Israel, bahwa mereka sedang menarget HAMAS. Meski tergolong keji, ada saja dari warga Israel yang mengaku usaha mereka adalah untuk memberikan keamanan terhadap warga sipil Palestina meski jelas terjadi kecurangan.
Berikutnya adalah perihal dampak, apa sebenarnya akibat perilaku Israel tersebut terhadap masyarakat dunia secara luas? Bukankah seharusnya sudah mulai ada pergeseran atau setidaknya evaluasi terhadap berbagai paham yang dianut, baik berupa nilai-nilai, paradigmatik atau produk pemikiran yang selama ini dianggap universal?! Hal ini diharap dapat membangun kehidupan atau meniti kenyataan ke arah kebenaran sesungguhnya.
Selanjutnya bagaimana dengan dampak lain berupa eksistensi entitas Yahudi di dunia ini? Jika dalam literatur Islam dikatakan menjelang hari kiamat akan terjadi peperangan antara Ummat Islam dengan Kaum Yahudi. Ummat Islam akan membunuh orang-orang Yahudi bahkan dibantu oleh hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya selain disebutkan nama pohon yaitu Ghorqot. Perperangan ini menjadi rasional atau logis atau masuk akal ketika menyaksikan perilaku Kaum Yahudi masa kini. Sebagai pengemban di pundaknya amanat kebenaran, dengan rahmat dan karunia Allah, Ummat Islam akan memenangkan perperangan tersebut.
Demikian eksistensi Yahudi menjelang kiamat, yaitu mengalami kekalahan berupa kehancuran secara sesungguhnya. Namun penting juga untuk dibuka diskursus kemungkinan, jika kiamat belum jua menjelang dan kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku Kaum Yahudi meluas, maka perlu juga sikap antisipasi. Tidak hanya kerusakan fisik, namun juga mental dan harapan hidup di masa depan, mungkin penting untuk dirancang.***